Page 202 - bahan materi film sejarah berita proklamasi kemerdekaan di Indonesia
P. 202

BAHAN MATERI FILM SEJARAH





              dari Jakarta. Dalam berita tersebut menteri menjelaskan tugas Tentara Sekutu
              di Indonesia, yaitu mengankut orang Jepang yang sudah kalang perang, dan

              para orang asing yang ditawan pada zaman Jepang. Menteri berpesan agar
              pemerintah daerah di Surabaya menerima baik dan membantu tugas Tentara
              Sekutu tersebut. Akan tetapi, masyarakat Surabaya mencurigai kedatangan

              Inggris sebagai usaha mengembalikan kolonialisme Belanda di Indonesia.
              Kasus kolonel P.J.G Huijer, perwira Tentara Sekutu berkebangsaan Belanda,
              menjadi salah satu alasannya kecurigaan itu. Kolonel P.J.G Huijer yang
              datang di Surabaya pertama kali pada tanggal 23 September sebagai utusan
              Laksamana Pertama Patterson, Pimpinan  Angkatan Laut Sekutu di  Asia

              Tenggara, ternyata membawa misi rahasia dari pimpinan  Angkatan Laut
              Kerajaan  Belanda.  Huijer  yang  bersikap  dan  bertindak  terang-terangan
              menentang revolusi Indonesia akhirnya ditangkap dan ditawan di Kalisosok

              oleh aparat Keamanan Indonesia.
                    Pada tanggal 26 Oktober 1945, mulai pukul 09.00 hingga pukul
              12.30 berlangsung pertemuan antara wakil–wakil pemerintah Indonesia
              di Surabaya yang terdiri dari Residen Sudirman ketua KNI, Doel Arnowo,
              Walikota Rajimin Nasution, serta Mohammad, dengan pihak sekutu yang

              terdiri dari Brigadier Jendral A.W.S. Mallaby dan para stafnya. Pertemuan
              tersebut, pasukan Inggris secara berkelompok diperbolehkan untuk
              menggunakan bangunan yang ada di dalam kota. Sebagai contoh, Inggris

              menduduki Pangkalan Udara Morokrembangan, Pelabuhan Tanjung Perak,
              Kantor Pos Besar, Gedung Bank Internasional, dan objek vital lainnya.
                    Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00 pesawat terbang Inggris
              menyebarkan pamflet-pamflet. Pamflet-pamflet itu berisi perintah agar
              rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang dirampasnya dari tangan

              Jepang. Pemerintah Republik Indonesia berusaha menanyakan hal itu
              kepada Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, tetapi ia mengakui mengetahui
              tentang pamflet tersebut.

                    Tindakan provokatif tersebut terus berlanjut keesokan harinya yaitu

              202
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207