Page 206 - bahan materi film sejarah berita proklamasi kemerdekaan di Indonesia
P. 206

BAHAN MATERI FILM SEJARAH





                    Dari berbagai kesaksian mantan perwira Inggris di tempat kejadian,
              ternyata yang memulai tembakan adalah pihak Inggris, sesuai kesaksian

              Mayor Gopal tahun 1974. Penyebab tewasnya Mallaby sendiri masih menjadi
              misteri. Ada yang mengatakan tertusuk bayonet dan bambu runcing pemuda,
              namun berdasarkan surat dari Kapten Smith kepada Parrot tahun 1973-

              1974, kemungkinan besar Mallaby terbunuh karena ledakan granat yang
              dilempar pengawalnya sendiri. Kabar terbunuhnya Mallaby diterima oleh
              Letnan Jenderal Christison panglima AFNEI sehingga ia menyatakan pihak
              Indonesia telah melanggar genjatan senjata karena itu Inggris memperoleh
              alasan untuk memenuhi perjanjiannya dengan Belanda yaitu membersihkan

              kekuatan bersenjata. Pada tanggal 31 Oktober 1945, Jenderal Christison,
              memperingatkan untuk menyerah, tetapi rakyat Surabaya mengumumkan
              bahawa kematian Mallaby merupakan suatu kecelakaan.

                    Setelah mendapat penolakan, Divisi 5 (lima) Inggris yang berkekuatan
              24.000 tentara di bawah komando Mayjend R. C. Mansergh mendarat secara
              diam-diam di Surabaya. Selain diperkuat oleh sisa Brigade 49, masih  ditambah
              1500 marinir, di bawah komando Rear Admiral Sir W. R. Patterson yang
              memimpin beberapa kapal perang. Letjen Sir Philip Christison, melengkapi

              pasukan Inggris dengan pesawat tempur Thunderbolt, Mosquito, dan tank
              kelas Sherman, yang merupakan persenjataan tercanggih saat itu.
                    Kemudian, pada tanggal 7 November, Mansergh menulis surat

              kepada gubernur Soeryo, yang isinya menuduh gubernur tidak mampu
              menguasai keadaan, akibatnya seluruh kota dikuasai oleh perampok.
              Mereka dianggap menghalangi tugas sekutu, untuk itu Sekutu mengancam
              akan menduduki kota Surabaya. Serta memanggil Gubernur Soeryo untuk
              menghadap. Dalam surat jawabannya tanggal 9 November, Gubernur

              membantah semua tuduhan Mansergh. Gubernur Soeryo mengutus
              Residen Sudirman dan Roeslan  Abdulgani untuk menyampaikan surat
              balasan tersebut. Pada pukul  14:00  Mansergh  menyampaikan ultimatum




              206
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211