Page 54 - epocket book Penulisan Artikel Ilmiah
P. 54

memiliki niat buruk terhadap yang lain ketika mengirimkan hoaks? Bisa jadi mereka

               tidak memiliki niat buruk, namun perilaku tersebut lebih didasarkan lemahnya literasi
               digital  yang  dimilikinya.  Jika  kita  mendapat  informasi  berantai  (yang  dibagikan

               berulang) kita bisa lakukan verifikasi. Jika terbukti hoaks, hasilnya kita sampaikan ke
               yang bersangkutan. Kita bisa kirim pesan secara pribadi ke yang bersangkutan untuk

               menerangkan  bahwa  informasi  yang dikirim  adalah  hoaks.  Kita  bisa  jelaskan juga

               bukti berupa link sumber kredibel yang mendukung pernyataan kita. Tindakan kita
               tersebut menjadi bagian dari literasi digital bagi yang bersangkutan, karena setelah

               pesan  pribadi  kita,  yang  bersangkutan  mendapat  pengetahuan  baru  tentang
               bagaimana memverifikasi informasi. Pengalaman penulis, langkah demikian cukup

               ampuh  untuk  mengurangi  munculnya  hoaks  di  WAG  Keluarga.  Langkah  ini  juga

               ampuh diterapkan di WAG lainnya, termasuk media sosial yang berbeda.
               Gambar III. 7. Selalu Lakukan Verifikasi

               Sumber: Olahan Penulis (2021)


               Tidak Perlu Mendistribusikan Konten Negatif
               Berbagi informasi yang berguna adalah sesuatu yang baik. Namun, sebelum berbagi

               informasi, kita harus pastikan informasi tersebut benar (kita bisa lihat langkah-langkah

               sebelumnya). Apakah kita perlu menyebarkan setiap informasi yang kita miliki? Kita
               perlu  memiliki  beberapa  pertimbangan  sebelum  menyebarkan  suatu  informasi.

               Apakah  informasi  ini  benar?  Apakah  informasi  ini  penting?  Apakah  informasi  ini
               bermanfaat  bagi  keselamatan  dan  perbaikan  situasi  masyarakat  jika  disebarkan?

               Pernahkah  mendengar  istilah  body  shaming?  Istilah  asing  ini  mungkin  sepadan

               dengan istilah mengejek fisik seseorang. Misal: “Heiii....sudah ‘bodi’ kayak gitu masih
               berani tampil!” Lalu foto yang bersangkutan disebar di media sosial dengan disertai

               kata-kata  yang  merendahkan.  Mungkin  di  antara  kita  merasa  bahwa  itu  seperti
               bercanda. Namun ejekan tersebut bisa menyebabkan orang yang menjadi sasaran

               tertekan dan hilang kepercayaan diri untuk tampil di depan publik atau bergaul. Body

               shaming bisa dikategorikan sebagai perundungan mengingat korban menjadi tidak
               nyaman dengan pesan yang disampaikan di media sosial. Apalagi jika pesan tersebut

               kita bagikan dan beredar secara luas di media sosial dan dilakukan secara berulang
               maka  dapat  membuat  depresi  bagi  korban.  Secara  etis,  perbuatan  ini  merupakan

               penindasan  dan  tidak  menghargai  harkat-martabat  si  korban.  Orang  yang





                                                                                           DIGITAL SKILL    46
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59