Page 5 - Bhakti Sejati dalam Ramayana
P. 5
dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi, umat dapat melaksanakan pemujaan
kepada-Nya. Melalui arah vertikal wujud sadhana bhakti sejati dapat dipersembahkan diantaranya;
dengan jalan berekspresi atau bersadhana melalui media gita (nyanyian suci atau kidung suci) memuji
dan memuja keagungan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi (Brahman) yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari (nitya karma) maupun disaat hari-hari tertentu (naimitika karma). Sedangkan
pada arah gerak horizontal yaitu pada bidang kehidupan sosial dengan melakukan Sadhana pelayanan
khususnya dalam hal ini adalah Sewaka Dharma Kirthanam. Maksud dari Sewaka Dharma Kirthanam
pada bidang sosial ini adalah kesadaran untuk berbesar hati membuka diri dan berbagi dalam
memberikan pelayanan yang tulus dengan cara memuji dan memuja sesama dan lingkungan ini.
Sehingga terjadi keseimbangan arah yang menyerupai tanda tambah (tapak dara Bahasa Bali).
”Arah garis vertikal dan arah garis horizontal” yang mengisyaratkan terjadinya keseimbangan
antara hubungan vertikal dan horizontal. Mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan
Yang Maha Esa berserta manifestasinya dengan bhakti sejati berlandasan bhakti yoga dan upasana
merupakan jalan yang paling mudah dan paling umum dapat dilakukan oleh umat. Umat harus
berkeyakinan bahwa yang disembah itu ada yang menyembah itu merasakan ketidaksempurnaannya
untuk menyembah yang sempurna (Tuhan Yang Maha Esa). Penyembah menyerahkan dirinya dengan
penuh tulus ikhlas kepada yang disembah. Oleh karena itu, perilaku umat dengan bhakti sejati adalah
mengabdi, memuja dan memuji, penyerahan diri, dan permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Bhakti sejati merupakan perwujudan dari rasa syukhur umat manusia
kehadapan Sang Pencipta. Bhakti adalah penyerahan diri sebulat-bulatnya kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi dengan tulus ikhlas dan tanpa ikatan.
Atmanivedanam ini adalah cara bhakti yang tertinggi karena harus didahului dengan Wairagia
yaitu suatu keadaan dimana orang tidak lagi terikat pada hal-hal keduniawian. Menurut ajaran bhakti
marga Tuhan mewujudkan diri-Nya kepada penyembah-Nya dalam berbagai cara dan berbagai wujud.
Jika pemuja-Nya membayangkan Beliau sebagai langit biru, maka Beliau pun akan mendatanginya dalam
wujud itu dan sebagainya.
Bhakti sejati adalah sujud, memuja, hormat setia, taat, memperhambakan diri dan kasih sayang,
sebenarnya, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan kasih yang mendalam memuja Ida
Sang Hyang Widhi atau yang dipujanya. Bhakti sejati adalah pemujaan yang dilakukan seseorang kepada
yang dipujanya dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk
memohon kerahayuan bersama.
Jalan untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa ada empat cara/jalan yang sering
disebut dengan Catur Marga yang diantaranya Karma Marga yaitu berbakti dengan cara
berbuat/bekerja, Bhakti Marga yaitu berbhakti dengan cara melakukan persembahan/sujud bhakti,
Jnana Marga yaitu berbhakti dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki, dan Raja
Marga yaitu berbhakti dengan cara mempraktikkan ajaran-ajaran agama seperti melakukan Tapa,
Bratha, Yoga dan Samadhi.
C. Çloka Ajaran Bhakti Sejati dalam Rāmāyana
Rāmāyana adalah kitab suci Veda Smrti tergolong Upaveda yang disebut Itihasa. Rāmāyana
sebagai Itihasa yang terdiri dari 7 Kanda dengan jumlah sloka sebanyak 24.000 buah stanza. Ramãyana
sebagai kitab suci Veda ditulis oleh Bhãgawan Valmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan didalam
Ramãyana menggambarkan kehidupan pada zaman Tretayuga, tetapi menurut kritikus Barat
berpendapat bahwa Ramãyana sudah selesai ditulis sebelum tahun 500 S.M diduga ceritanya telah
populer tahun 3100 S.M.
Ramãyana merupakan epos Aryanisasi yang ditulis dalam bentuk stanza, meliputi puluhan ribu
buah stanza. Penulisnya sendiri menamakannya puisi, akhyayana, gita dan samhita. Seluruh isi