Page 14 - 9 dari Nadira
P. 14
jv1encari �eikat �eruni
bertanya-tanya kenapa ibuku memutuskan meninggalkan
kami, tiba-tiba kulihat Yu Ninamenyeruak dari kerumunan.
Dia mengusir tangan-tangan yang menghalanginya. Astaga,
tubuh sekecil Yu Nina bisa mendorong tangan para paman
dan bibi yang sudah ikut berkerumun. Yu Nina menyerbu
tubuh I bu yang telentang. Tubuh I bu yang sudah diam dan
tetap berwarna biru. Yu Nina melolong ... tapi suaranya tak
pernah keluar. Namun aku bisa mendengar lolongan Yu Nina
hingga hari ini.
***
Amsterdam, Desember 1963
Nadira menolak tubuhku. Nadira menolak susuku. lni
membuatku tak nyaman. Dia hanya memejamkan mata
nya sambil sesekali menge/uarkan rintihan k e c i l . Aku men
dengar suara angin t a j a m yang menusuk-nusuk jende/a.
Angin Desember d i Amsterdam sungguh murung. "Wat een
melancholische dag is het vandaag .. ."1
Kuletakkan Nadira d i atas t e m p a t tidur kami (y ang
kami sebut tempat tidur sebenarnya hanya dua buah peti
kayu yang kami rapatkan; di atasnya kami letakkan �
lembar kasur bekas). Nadira menolak segalanya. S u s u . T u
buhku. Suara ayahnya. Gangguan kedua kakaknya: Nina
yang bersuara nyaring. Arya yang tertib dan taklid.
Dari jendela, aku membayangkan sosok Bram mera
patkan kerah jaketnya di keramaian Ka/ve/straat. Musim
dingin bukan hanya melahirkan berbagai penyakit, t e t a p i
juga rasa kesendirian.
S ed a n g k a n musim panas; meski Amsterdam selalu d i -
1 B e t a p a murungnya hari ini...
4