Page 23 - Monitoring Isu nasional Periode 27-31 Desember 2021
P. 23
Isu 3 Stop Impor
Obat dan Alkes
(26/12) Anggota Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga mengungkapkan, Bio Farma perlu
mengembangkan industri farmasi berbasis herbal yang efek sampingnya sangat minim dan
tidak menimbulkan penyakit lainnya. Ia juga mendorong agar Bio Farma membuat
perencanaan terkait industri farmasi yang raw materialnya berasal dan diproduksi di dalam
negeri.
(27/12) Presiden Joko Widodo mengingatkan agar pemerintah tidak mengimpor lagi alat-
alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat. Presiden memerintahkan agar barang-
barang tersebut dapat diproduksi sendiri.
(27/12) Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, ada dua langkah yang digunakan untuk
menekan impor, serta mewujudkan ekosistem kemandirian produksi obat-obatan. Strategi
memangkas impor ialah dengan memaksimalkan peran holding BUMN Farmasi yang terdiri
dari induk PT Bio Farma (Persero) dan anak perusahaan yakni PT Kimia Farma (Persero) Tbk
dan PT Indofarma (Persero) Tbk. Sebutnya, langkah pertama ialah dengan mendorong
Indofarma untuk fokus dalam mengembangkan industri pengobatan herbal agar dapat
menekan kebutuhan obat konvensional yang sebagian besar bahan bakunya tergantung
dengan impor. Langkah yang kedua ialah mendorong agar Kimia Farma tetap fokus dalam
memproduksi obat-obat generik. Di mana pengembangan obat generik ini juga akan
dikombinasikan dengan pengembangan industri dari petrokimia (bahan kimia yang
diperoleh dari bahan bakar fosil) oleh PT Pertamina (Persero). Erick yakin jika strategi
tersebut dijalankan dengan optimal, maka tak mustahil bagi Indonesia mampu menekan
impor bahan baku obat sebanyak 20% dalam jangka empat tahun ke depan.
(28/12) Manajer Riset Seknas Fitra Badiul Hadi berpandangan pemerintah harus mengambil
kebijakan afirmatif dengan membeli alkes, bahan baku obat, dan obat-obatan. Pemerintah
juga perlu memperkuat ekosistem riset untuk sektor kesehatan, termasuk penggunaan
skema pendanaan riset melalui dana abadi riset.
(28/12) Peneliti Ekonomi Core Yusuf Rendi Manilet, menegaskan untuk mencapai visi
menghentikan impor alkes pemerintah perlu membangun ekosistem industri farmasi dari
hulu sampai hilir.
Salah satu ekosistem yang penting dalam produk farmasi adalah kemampuan menghasilkan
produk riset bahan baku produk farmasi. Selain dana riset, jumlah peneliti juga menjadi
penting. Data tahun 2017 menunjukkan personel peneliti di Indonesia mencapai 64 ribu
orang. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand jumlah tersebut masih
relatif kecil, karena di Thailand sendiri mempunyai 138 ribu peneliti.
(28/12) Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Y Sri Susilo, mengatakan yang
paling penting adalah daya saing, sehingga pemerintah harus fokus pada peta jalan daya
saing nasional di sektor kesehatan.
22