Page 3 - 14074-Article Text-41548-1-10-20161123
P. 3
BUDIMAN SULISTYANTARA, ZAIN
aktifitas perkotaan berada pada dapat berfungsi sebagai paru-paru Waduk Pluit serta Taman Ayodia.
pusat kota seperti Central Business kota karena dapat memproduksi Kondisi ini juga ditunjukkan dari
District (CBD), pusat pemerintahan, oksigen, penyerap berbagai bentuk hasil analisis RTH yang cenderung
dan perkantoran. Sangat sedikit cemaran (udara, air dan tanah), membentuk koridor dan titik yang
dijumpai RTH di kawasan ini. pengendali iklim mikro, pengatur tersebar di wilayah DKI Jakarta.
Selanjutnya, pada area pinggiran tata air tanah dan pengendali laju
pusat kota didominasi oleh erosi, sebagai habitat satwa liar, Perbandingan citra landsat DKI
perumahan (Fatmawati, Pondok pelestarian plasma nutfah dan Jakarta dari tahun 1982, 2000, dan
Indah, Pantai Indah Kapuk) dan vegetasi asli, serta bermanfaat dalam 2013 (Gambar 1) menunjukkan
kawasan industri (Sunter, dunia ilmu pengetahuan alam bahwa telah terjadi perubahan pola
Pulogadung). Di kawasan ini mulai lainnya. Selain itu, RTH perkotaan RTH di wilayah DKI Jakarta yang
bisa ditemukan beberapa spot RTH. juga berperan dalam meningkatkan awalnya memiliki pola
Untuk daerah lapis ketiga lebih keindahan kota, menjadi pusat mengelompok dan terkonsentrasi
didominasi oleh RTH karena kesegaran jasmani, rekreasi alam dan pada wilayah pinggiran Jakarta
kawasan perumahan tidak terlalu sumber produksi terbatas (kebun (tahun 1982) menjadi pola tersebar
padat sehingga didapatkan pola pembibitan, sentral tanaman hias, dengan luasan yang lebih kecil
sebaran RTH mengelompok pada dll.). (tahun 2013). Hal ini terjadi karena
bagian pinggir terutama pada bagian adanya perubahan dalam pola
timur, selatan dan barat (Gambar 1).
Berdasarkan hasil analisis yang pengembangan DKI Jakarta dari pola
ditampilkan pada Tabel 1, terjadi konsentrik menjadi pola sektor. Pola
Pada tahun 2000, pola landcover DKI perubahan luas RTH DKI Jakarta sektor ini menjadikan DKI Jakarta
Jakarta berkembang menjadi pola pada tahun 1982 sebesar 259,884 km2 terbagi menjadi 3 Sektor/Zona
sektor (Gambar 1). Hal ini ditandai atau sekitar 40% dari luas DKI dengan potensi RTH yang berbeda
dengan terbentuknya cluster Jakarta. Pada tahun 2000, luas RTH (Haryono, 2000) yaitu:
landcover dimana di sebelah utara DKI Jakarta mengalami penurunan
berkembang kawasan industri dan menjadi sebesar 129,942 km2 atau 20 1.Zona Utara (wilayah intrusi)
perdagangan (Tanjung Priok, % dari luas DKI Jakarta. Selanjutnya
Mangga Dua, Sunter) sehingga pola pada tahun 2013 mengalami
perubahan RTH semakin terdesak ke penurunan kembali sehingga hanya Wilayah ini mencakup areal 382,67
pinggir kota. Di kawasan pusat kota, tersisa 110,450 km2 atau sekitar 17% ha, terdiri atas kawasan sempadan
perkembangan area CBD (Sudirman, dari luas DKI Jakarta. Penurunan sungai 300 ha, penyangga situ-situ
Kuningan, Thamrin) makin padat luasan RTH juga ditunjukkan oleh 6,82 ha, penyangga tegangan tinggi
menyebabkan RTH hanya tersisa penelitian Sugarwa dan Susanto 6,45 ha, penyangga rel kereta api 3,4
spot-spot kecil. Sementara itu, agak (2005). Berdasarkan kajian tersebut, ha, dan sempadan pantai 6 ha.
jauh dari pusat kota, di wilayah dalam jangka waktu dari 1983 Kondisi fisik wilayahnya dicirikan
Jakarta Selatan berkembang dengan sampai 2002 terjadi pengurangan oleh pengaruh intrusi air laut, berada
pesat kawasan perumahan luasan RTH di Jakarta Timur sebesar pada ketinggian 0-4 meter dpl,
(Fatmawati dan Pondok Indah) 7.538,0 ha, Jakarta Selatan sebesar kadangkala tergenang musiman, dan
membuat perubahan landcover dari 6.731,1 ha, Jakarta Barat sebesar vegetasi yang mampu beradaptasi
RTH menjadi perumahan. Hal ini 5.494,0 ha, Jakarta Utara sebesar dan tumbuh sangat terbatas. Oleh
mengakibatkan pola sebaran RTH 2.394,6 ha dan Jakarta Pusat sebesar karena itu, perlu perhatian khusus
semakin tidak teratur dan luasannya 597,6 ha. Secara keseluruhan, dalam pemilihan jenis tanaman pada
semakin berkurang. Luasan RTH penelitian tersebut menyimpulkan wilayah yang terintrusi air laut
berubah dari 259,884 km2 pada bahwa terjadi pengurangan RTH di semacam ini.
tahun 1982 menjadi 129,942 km2 DKI Jakarta sebesar 22.755,3 ha.
pada tahun 2000 (Tabel 1).
Berdasarkan hasil pendataan, 46 jenis
Berdasarkan hasil analisis GIS pada tanaman yang tumbuh dan
Mencermati fenomena seperti uraian citra landsat tahun 2013 (Gambar 1) berkembang di zona utara, tercatat
di atas, sejak tahun 1980-an telah pola perkembangan DKI Jakarta 23 jenis yang dinilai mampu
muncul kesadaran Pemerintah DKI masih sama dengan tahun 2000 yaitu beradaptasi dan tumbuh dengan
Jakarta untuk melakukan upaya pola sektor. Untuk mengatasi baik pada wilayah ini. Pada tapak
pengendalian dan penanganan berkurangnya RTH Pemerintahan yang terpengaruh oleh pasang surut
permasalahan RTH ini. Langkah DKI Jakarta melakukan pembelian air laut (kawasan sepandan pantai),
awal yang dilakukan adalah dengan lahan baru untuk menambah RTH dan kebun bibit mangrove, jenis-
membentuk dinas-dinas teknis dan program penghijauan untuk jenis yang dikembangkan meliputi
(Pertanian, Pertamanan, dan mengembalikan fungsi lahan kepada api-api (Avicenia marina) pada areal
Kehutanan) yang memiliki tugas fungsi semula yaitu sebagai area berhadapan langsung dengan air
untuk menangani masalah ini secara hijau. Hal ini bisa dilihat dari laut yang mengarah ke daratan,
langsung. Hal ini mengingat bahwa program yang dilakukan di Taman bakau (Rhizophora mucronata)
keberadaan RTH memiliki peran Penjaringan, sempadan Sungai ditempatkan di belakang api-api
penting bagi suatu kawasan. RTH Cisadane dan Sungai Ciliwung, pada kelas genang-II, bidada
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 9