Page 72 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 72
dengan rasa tanggung jawab yang sangat tinggi dalam melaksanakan perannya
sebagai perempuan di masyarakat Ewer, Asmat.
Dalam novel ini jika menggunakan feminis ideologis dengan analisis gender
maka terdapat bias gender yang temanifestasikan melalui diskriminasi sosial
perempuan, pelabelan gender perempuan, dan subordinasi perempuan Asmat
(Fakih, 2013). Hal tersebut tejadi dikarenakan masih melekatnya budaya patriarkhi
setempat sejak dulu kala. Aturan-aturan adat yang merugikan perempuan,
disikapinya oleh Teweraut sebagaimana pemikiran seorang feminis. Apalagi
Teweraut mulai mengenal Mama Rin, seorang feminis dan aktivis kebudayaan
untuk suku pedalaman. Persahabatannya dengan Mama Rin membuka mata dan
pikiran Teweraut untuk memperjuangkan kaumnya beroleh kemajuan. Teweraut
pun masih bekerja keras dalam kondisi hamil yang bertujuan mensejahterakan
keluarga besar dalam memenuhi kebutuhan untuk pendidikan anak-anak Akatpits,
dan anak-anak saudaranya. Apabila dikaji tulisan pengarangnya, Ani Sekarningsih
melalui kritik feminis ginokritik (Showalter, 1981), maka novel ini dapat diaalisis
dengan tulisan biologi perempuan dan psikologi perempuan terhadap diri Teweraut.
Dalam hal ini, Ani bisa menuliskan hal bersifat kodrati perempuan seperti pada saat
Teweraut tengah dalam kondisi hamil tua dan pada saat Teweraut tengah dalam
proses melahirkan. Begitu pula pada psikologis Teweraut yang dipaksa menikah
oleh nDwi Desman kepada Akatpits. Ani dapat menggambarkan penolakan batin
Teweraut ketika menolak dinikahi Akatpits.
Ringkasan cerita novel Namaku Teweraut jika menggunakan skema aktan
dari Greimas (Sumiyadi, 2021, hlm. 72), bertujuan untuk mengkaji hubungan antar
tokoh, dinamika tokoh, dan alur tokoh yang dapat digambarkan melalui bagan
berikut ini.
67