Page 15 - suara yang dibungkam
P. 15
Untuk yang lain, saya harap ini menjadi pelajaran penting bahwa tidak ada yang kebal terhadap
hukum dan aturan."
Revan dan Siska berjalan keluar dari ruangan, keduanya dalam diam dan penuh amarah. Albi
menunduk, masih merasa terguncang dengan apa yang terjadi. Titus tersenyum tipis, meski
masih terluka secara emosional, namun merasa akhirnya mendapatkan keadilan. Amira
menghela napas panjang, merasa lega sekaligus bersalah karena tidak pernah benar-benar
membela Titus.
Pak Tedy: (berbicara dengan lembut kepada Titus setelah rapat selesai)
"Kau sudah melalui banyak hal, Titus. Aku bangga padamu karena kau tetap kuat dan tidak jatuh
ke dalam lingkaran kebencian."
Titus: (tersenyum kecil)
"Terima kasih, Pak. Rasanya masih sulit, tapi setidaknya sekarang semuanya sudah jelas."
Pak Tedy: (mengangguk bijak)
"Yang penting adalah kau tahu bahwa kebenaran akhirnya muncul. Teruslah bangga dengan
dirimu sendiri, Titus."
Titus mengangguk, merasa sedikit lebih kuat setelah semua yang terjadi. Sementara itu, Amira
berdiri di dekat mereka, menatap Titus dengan perasaan bersalah yang masih tertinggal.
Amira: (dengan suara pelan)
"Titus... maafkan aku. Aku harusnya ada untukmu."
Titus: (menatap Amira dengan mata yang tajam, tetapi penuh pemahaman)
"Aku berharap kau bisa lebih baik setelah ini, Amira. Jangan biarkan ketakutan membuatmu
memilih jalan yang salah lagi."
Amira menunduk, mengangguk perlahan, menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk
berubah. Mereka semua kemudian meninggalkan aula, dengan perasaan yang berbeda-beda,
namun hari itu menjadi titik balik dalam hidup mereka.