Page 10 - suara yang dibungkam
P. 10

Albi mengangguk pelan, merasa malu. Titus masih berdiri dengan kepala menunduk, merasa
               terhina, namun ada sedikit harapan setelah melihat Pak Tedy membelanya.

               Pak Tedy: (dengan nada lebih tenang, namun tetap serius)
               "Saya akan melaporkan kejadian ini ke kepala sekolah. Tapi sebelum itu, saya ingin kalian
               semua memahami satu hal: di sini, tidak ada ruang untuk kekerasan, rasisme, atau perundungan
               dalam bentuk apa pun. Mulai sekarang, saya akan memastikan bahwa kalian mendapat
               bimbingan yang tepat. Ini tidak akan berakhir dengan hukuman saja, tapi juga pembelajaran."


               Revan dan Siska tetap diam, meski terlihat kesal. Albi menunduk, merasa bersalah. Amira
               perlahan mundur, merasa bingung dengan tindakannya sendiri. Titus akhirnya menatap Pak
               Tedy dengan rasa syukur, namun masih merasakan luka akibat perundungan yang dialaminya.




               Pak Tedy berjalan keluar bersama Titus, meninggalkan Revan, Siska, Albi, dan Amira yang kini
               saling diam dan merenungi kejadian yang baru saja mereka alami.

               Setting: Hari keempat, di lorong sekolah yang sepi. Revan sengaja menunggu Titus di luar kelas.
               Dengan wajah serius dan penuh kemarahan, ia ingin memastikan Titus tidak menceritakan apa
               pun tentang kejadian di halaman belakang beberapa hari lalu. Siska berada di dekatnya,
               bersandar di dinding dengan sikap acuh tak acuh namun tetap waspada. Albi berdiri sedikit
               menjauh, tampak cemas. Amira lewat di lorong, tetapi melihat situasinya, ia memutuskan untuk
               mengamati dari kejauhan tanpa ikut campur.




               Revan: (berjalan mendekati Titus dengan langkah berat, suaranya rendah tapi mengancam)
               "Kita harus bicara, Titus."

               Titus: (berhenti, berusaha tetap tenang meski jelas merasa terintimidasi)
               "Apa lagi, Revan? Aku sudah cukup dengan semua ini."

               Revan: (menyeringai dingin)
               "Dengar, aku nggak peduli seberapa bencinya kau padaku. Tapi ada satu hal yang harus kau
               tahu. Apa yang kau lihat beberapa hari lalu di halaman belakang... kau akan tutup mulut tentang
               itu."


               Titus: (dengan nada ragu, tapi mencoba melawan)
               "Apa maksudmu? Aku nggak akan bilang apa-apa, tapi bukan karena aku takut padamu."

               Revan: (tertawa kecil, mendekatkan wajahnya ke Titus)
               "Oh, kau seharusnya takut, Titus. Kau tahu aku bisa membuat hidupmu lebih buruk dari ini. Dan
               percaya padaku, aku bisa melakukan lebih dari sekadar mendorongmu ke tanah."
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15