Page 11 - e-modul bab 2
P. 11

“Maka  hadapkanlah  wajahmu  kepada  agama  (pilihan)  fitrah  Allah  yang  telah
                    menciptakan  manusia  atas  fitrah  itu.  Tidak  ada  perubahan  pada  fitrah  Allah.
                    Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”

                          Ayat  di  atas  menjelaskan  bahwa  manusia  sejak  awal
                   kejadiannya membawa potensi agama yang lurus (tauhid) dan tidak
                   dapat  menghindari  dari  fitrah  itu.  Ini  berarti  bahwa  fitrah  keaga-
                   maan  akan  tetap  melekat  pada  diri  manusia  untuk  selamalamanya.
                   Dengan  kata  lain  manusia  menurut  fitrahnya  adalah  makhluk

                   beragama (mempercayai keesaan Tuhan). Apabila ini dipelihara dan
                   dikembangkan, maka seseorang akan dapat mewujudkkan potensinya
                   ke  arah  yang  positif.  Namun  tidak  sedikit  di  antara  manusia  yang
                   ternyata  mengabaikannya,  sehingga  membuat  dirinya  cenderung  ke

                   arah yang negatif.

                   2. Nafs (Nafsu atau Jiwa)

                          Nafs  dapat  diartikan  sebagai  syahwat  (nafsu)  dan  juga  dapat
                   diartikan  sebagai  jiwa.  Secara  umum  dapat  dikatakan  bahwa  nafs
                   menunjuk  kepada  sisi  dalam  manusia  yang  berpotensi  baik  dan
                   buruk, yang diciptakan Allah dalam keadaan sempurna dan berfungsi
                   menampung  dan  mendorong  manusia  berbuat  kebaikan  dan
                   keburukan  (Shihab,  1996:286).  Dalam  hal  ini,  al-Qur`an  melalui
                   surat  al-Syams:7-10  menganjurkan  untuk  memberi  perhatian  yang

                   besar  pada  nafs.  Melalui  ayat  ini  Allah  mengil-hamkan  kepada
                   manusia  melalui  nafs,  agar  dapat  menangkap  kebaikan  dan
                   keburukan, serta mendorong manusia untuk menyucikan nafs.
                          Nafs  yang  mendorong  manusia  untuk  melakukan  kebaikan
                   dinamakan nafs al-mutmainnah, sedangkan yang mendorong untuk
                   melakukan  keburukan  dinamakan  nafs  al-lawwamah.  Para  kaum
                   sufi mengatakan bahwa nafsu adalah sesuatu yang  melahirkan sifat
                   tercela dan perilaku buruk, yang mendorong manusia berbuat jahat
                   (Q.S. Yusuf:53). Apabila nafsu itu diperturutkan maka akan merusak

                   segalanya  (Q.S.  al-Mukminun:71).  Allah  akan  mencabut  iman  dari
                   diri  seseorang  yang  menuruti  hawa  nafsunya  untuk  berzina  dan
                   minum khamr.

                                     ِ
                                                                ِ
                                                                                        ِ
                       ْ    ر
                        ِ ِ    َ  ِ ْ ْ    ْ أ  ْ ص    ا ْ ْ ن    ا  ْ  َ ْ َ َ ْ  خ      ْ ْ ن   ا ْ ُ   ِ  ُ  ْ ْ  ا ْ ْ      ْ ع    ْ ْ    ا ْ    ْ ب ش  َ  ََ  ْ    ْ   ز ْ ْ و ْ    َ
                                      َ
                                                             َ َ
                                          ُ
                                                          َ
                                                                             َ
                                                                                         َ
                                                                                َ َ
                                                                           َ َ
                                 َ
                                                                                      َ
                                                        َ
                                            َ
                    “Barangsiapa berzina atau minum-minuman keras, Allah mencabut daripadanya
                    akan iman, seperti melepaskan seseorang akan bajunya dari kepalanya” (HR. al-
                    Hakim juz 1 hal. 72).

                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16