Page 7 - e-modul bab 2
P. 7

Merujuk  pada  makna  kata  „khalifah’  yang  diartikan  sebagai
                   wakil  atau  pengganti  yang  memegang  kekuasaan,  ini  berarti
                   kekuasaan  yang  dipegang  manusia  hanya  semata-mata  memegang
                   mandat  Allah  (mandataris).  Oleh  karena  itu,  dalam  menjalankan
                   kekuasaannya,  manusia  harus selalu  mentaati ketentuan yang  telah

                   ditetapkan  oleh  yang  memberi  mandat.  Apa  yang  dikerjakan  oleh
                   manusia  dalam  menjalankan  tugasnya  dibatasi  oleh  aturan-aturan
                   yang  telah  ditetapkan  oleh  Allah,  Sang  Pemberi  Mandat  tersebut
                   (Nurdin,  et.  al.,  1993:15).  Aturan-aturan  itu  berupa  hukum  Tuhan
                   yang dibuat sedemikian rupa, agar manusia dalam menjalankan tugas
                   kekhalifahannya  selalu  mendapatkan  ridla  Allah,  sehingga  ia  bisa
                   merasakan kenikmatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat .

                          Dalam  memakmurkan  bumi  ini,  manusia  harus  selalu
                   mengerjakannya  atas  nama  Allah  (bism  Allah),  yakni  disertai
                   tanggung jawab penuh kepada Allah dengan mengikuti „pesan‟ dalam

                   „mandat‟  yang  diberikan  kepadanya.  Kelak  di  akhirat    pada  saat
                   menghadap Allah, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas
                   seluruh kinerjanya dalam menjalankan mandat sebagai khalifah-Nya
                   di muka bumi (Madjid, 2000:157). Itulah sebabnya apabila manusia
                   melanggar  atau  menyimpang  dari  aturan-aturan  tersebut,  ia  akan
                   mendapatkan  sangsi,  yaitu  kesulitan  dan  keseng-saraan  hidup  di
                   dunia, dan siksa yang amat pedih di akhirat.

                          Secara  potensial,  manusia  memiliki  potensi  dan  kesanggupan
                   yang signifikan untuk menjalankan tugas kepemimpinannya di bumi,
                   karena  dia  tercipta  dari  unsur  tanah.  Begitu juga  sebelum  manusia
                   menjalankan  tugasnya,  Allah  telah  memberi  bekal  dengan
                   mengajarkan  nama-nama  segala  benda yang  ada di bumi dan tidak
                   satu pun dari malaikat yang mengetahuinya (Q.S. al-Baqarah:31-33).
                   Hal  ini  juga  berarti  bahwa  untuk  menjalankan  tugasnya  sebagai
                   khalifah,  manusia  terlebih  dulu  dituntut  mengenali  berbagai
                   persoalan  tentang bumi.  Hal ini  agar dalam menjalankan tugasnya
                   manusia tidak merasa asing, tetapi betul-betul sudah dalam keadaan

                   siap.

                   2. Tujuan Penciptaan Manusia
                          Allah  menciptakan  segala  sesuatu  dengan  tujuan  tertentu.
                   Segala sesuatu yang diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia atau tanpa
                   maksud.  Itulah  sebabnya  manusia  diperintahkan  Allah  untuk

                   memikirkan  maksud  dari  penciptaan  tersebut  (Q.S.  Ali  Imran:191).
                   Tujuan  penciptaan  manusia  harus  difahami  dengan  seksama  agar
                   manusia  berupaya  melakukan  apapun  yang  dikehendaki  Allah  dan



                                                           6
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12