Page 112 - MODUL 5 APRESIASI SENI DAN PEMBELAJARANNFinish
P. 112
berbahagia. Selanjutnya hanya bulan yang ingin diperolehnya, artinya kemustahilan
dan kemutlakkan. Dan ia memerintah atas dasar absurditas dan unsur-unsur
kebetulan. Sekarang para bangsawan yang dulu menganggapnya sebagai penjelmaan
kesempurnaan merasa kecut dan terancam oleh sewenang-wenangnya. Kita lihat
bagaimana istri Mucius diminta menyerahkan dirinya dalam jamuan makan tanpa
suaminya berani menentangnya. Ia mengadakan pertandingan penyair, yang kalah
mesti menjilati tulisannya. Dan sementara itu kas negara terus meminta perhatian
buat diisi. Penaikan tarif pelacuran nasional, barangsiapa yang tidak melakukannya
dihukum dan sebagainya….
Scipion, penyair yang ayahnya dibunuh Caligula, ternyata memaklumi kemurnian
yang diburu caligula, yang juga jadi impiannya. Cherea, pemimpin pemberontak, ia
menentang dengan prinsip yang murni pula: “Hanya kau dan aku yang memiliki
alasan-alasan yang bersih,” ujarnya pada Scipion. Ia tidak mau mengorbankan
kebahagian kecil sehari-hari untuk ide-ide yang abstrak dan tinggi. Ia memahami pula
pikiran-pikiran Caligula, tetapi tidaklah mau membiarkan hidup ini jadi hal yang tidak
dipertahankan. Mestilah memukul jika tidak sanggup menyanggah. Helicon
sahabatnya tidak pula berhasil membantunya mendapatkan bulan. Caesonia yang
bertuhankan tubuhnya, yang percaya akan cinta, akhirnyapun rela dibunuh dengan
tangan kaisar itu sendiiri, yang pada akhirnya merasa dihantui kesunyian, dan
kekuasaan buat merusak yang dimilikinya hanyalah mainan anak-anak jika
dibandingkan dengan kekuasaan mencipta. Akhirnya toh ia jadi juga mayat pada saat
logikanya jadi edan.
APAKAH yang menarik dari pementasan ini? Jawaban tergantung dari penonton
masing-masing, sebahaigan besar akan menyukai segi-segi “kegilaan”kaisar ini, yang
bisa didapatkan dengan baik dari pemeran Caligula ialah Arifin C Noer, yang
walaupun di sana-sini tidak terlampau “bernafsu” dan dinamik dalam pesimisme.
Kemajenunannya kadang-kadang tersekat oleh kemurungan yang kikuk. Pamornya
dibayangi keganjilan yang dipantulkan dari reaksi dan polah para bangsawan.
Cherea yang wajahnya tidak dicat dimainkan oleh Putu Widjaja dengan manteb.
Kadang-kadang ia terlampau imposant, menonjol sehingga meninggalkan kesan
bahwa yang lain-lain terutama Caesonia (Rachmah R Harun) lemah benar,
permainannya tidak “dari dalam”. Kehadiran Sri Widiati Taufik, sebagai istri Mucius
mengesankan sebagai wanita yang dinodai. Selanjutnya Helicon, seorang realis yang
memaklumi tuannya cerdik dan tolol, berdiri sebagai penonton dan tahu “rule of the
game”: “aku bukan tempat ia mencurahkan rahasianya. Aku hanya penontonnya….”
Seperti kita tahu, Caius adalah seorang idealis. Amak Baldjun kena sekali untuk peran
ini sehingga permainannya amat lancar dan wajar. Scipion menarik sebagai tokoh
yang mau mengerti segala-galanya. Mabuk akan sastranya kadang-kadang
menenggelamkannya pada keberanian yang sangat verbal. Ikranegara dalam garis
besar bisa memegang peran ini dengan baik, walaupun kadang-kadang terlampau
tenggelam dalam diri sendiri dan tidak komunikatif. Emry Margono menimbulkan
banyak harapan sebagai Bangsawan I. Artikulasi suara dan penghayatan ia
butuhkan….
Cermin adalah tema yang penting dalam lakon ini sebagai lambang narcisisme
intelektuil. Tetapi sayang kehadirannya cermin itu tidak menonjol. Cermin di dinding
106