Page 110 - MODUL 5 APRESIASI SENI DAN PEMBELAJARANNFinish
P. 110
3. Seorang kritikus harus berpengalaman mengamati dan menghayati seni
secara orisinal, baik di studio, gedung pertunjukan, sanggar, maupun di
museum. Pengalaman otentik ini diperlukan, sebab sukar dan mustahil
mendapat pengalaman otentik dari slide, buku atau reproduksi karya seni
belaka.
4. Seorang kritikus harus mampu secara imajinatif merekapitulasi faktor teknik
karya seni, sehingga mengetahui bagaimana proses pembuatan karya yang
menjadi objek kritiknya.
5. Seorang kritikus perlu mengetahui benar peristilahan seni, style seni, fungsi
seni, opini penting para seniman dan pakar estetika secara periodic,
disamping memahami konteks sosial dan kebudayaan yang melatar belakangi
kreasi seorang seniman.
6. Seorang kritikus harus paham betul pebedaan antara niat artistic dengan hasil
atau penyampaian artistic, sehingga dia mampu meluhat senjangan antar
keduanya. Niat, amanat, pernyataan, atau nilai yang ingin dekspresikan
seniman tidak selalu persis terungkap dalam hasil kreasi seninya.
7. Seorang kritikus harus mampu melawan bias atau simpati terhadap karya
seniman tersebut yang dikenalnya secara pribadi. Sebaliknya, mampu pula
secara ojektif dan penuh kearifan mengakuo keunggulan seorang seniman,
meskipun seniman tersebut berbeda pendapat. Dengan kata lain perbedaan
pendapat tidak mempengaruhi penilaian objektif seorang kritikus.
8. Seorang kritikus harus harus memiliki kesadaran kritis. Hal ini berkaitan
dengan karya seni yang berbeda itu. Sikap netral dan demokratis adalah basis
kearifan penilaina seni.
9. Seorang kritikus seni profesional harus memiliki temperamen judisial, dalam
praktiknya ini berarti kemampuan menilai seni dengan cara yang tidak
tergesa-gesa. Aktivitas menilai seni memerlukan bukti dan kesaksian akurat.
Diperlukan waktu untuk mencerap berbagai kesan, asosiasi, sensasi, yang
diberikan karya seni. Hal ini diperlukan agar kritikus dapat secara hati-hati
104