Page 119 - Aku dan Ana
P. 119
ketika berhenti tertawa, ia malah diam dan
menunduk. Sangat menjengkelkan.
"Ada apa?" tanyaku padanya.
“Kamu aneh,” ucapnya.
“Aneh?” tanyaku lagi-lagi bingung dengan
ucapannya. Dari tadi aku tidak melakukan hal
aneh tapi malah dibilang aneh. Sementara dia
yang tertawa aneh tak sadar bahwa dia aneh.
Ketika aku bertanya, ia menoleh ke arahku
dan tersenyum, entah apa maksudnya dan
kenapa dia harus tertawa? Padahal memang
benar aku menyukai dingin, itulah mengapa
diriku duduk di pinggiran kota di tengah-
tengah salju yang menumpuk, karena aku
merasa tenang dengan suasananya.
"Tahu tidak, bahkan salju pun akan meleleh
pada waktunya," ucap Ana menunduk sambil
tersenyum, sejenak ia menarik nafas lalu
melanjutkan kalimatnya,
114
Aku dan Ana | Nur Wahid