Page 7 - BAB 04
P. 7
Menjelang kemerdekaan Indonesia, terjadi serangkaian upaya
dari para tokoh untuk lebih mematangkan rancangan Undang-Undang
Dasar. Perkembangan penting dari masa ini adalah munculnya berita
bahwa para tokoh di Indonesia Timur berkeberatan bergabung dalam
proyek Indonesia merdeka, jika Piagam Jakarta tidak diubah.
Perubahan yang mereka tuntut adalah sila pertama yang berbunyi “Ke-
Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” (Somantri, G. R., 2006: 6).
Dalam kaitan dengan pematangan rancangan UUD di atas,
Mohammad Hatta dan Teuku M. Hasan berusaha keras meyakinkan
tokoh pergerakan Islam seperti Ki Bagus Hadikusumo dkk. Upaya ini
membuahkan hasil. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan,
PPKI yang bersidang pada tanggal 18 Agustus 1945 berhasil
mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan versi yang telah
diperbaiki bagian pembukaannya. Lima sila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 tersebut urutannya sama seperti dalam Piagam
Jakarta, namun mengalami perubahan sebagai berikut “. dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”
(Dikdik B. Arif, 2014: 26).
Sidang BPUPKI yang kedua diselenggarakan tanggal 10 - 17 Juli
1945. Pada tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima oleh BPUPKI
sebagai pembukaan dari rancangan Undang - Undang Dasar yang
dipersiapkan untuk negara Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 pemerintah Jepang membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI
PANCASILA 72