Page 5 - BEST PRACTISE ASSEERTIVE
P. 5
BAB I
PENDAHULUAN
MENINGKATKAN SIKAP ASERTIF
KORBAN BULLYING MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan salah satu tempat yang rentan menjadi tempat terjadinya bullying,
heterogenitas peserta didik yang ada di sekolah menjadi penyebab terjadinya perundungan. Bullying di
sekolah dapat terjadi saat di dalam maupun luar kelas. Begitu juga apa yang terjadi di SMA Nusaputera
kasus bullying banyak terjadi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa banyak laporan dan
catatan kasus anggota kelompok terkait bullying, kalau dilihat dari sisi pelaku hal terjadi karena pelaku
bullying tidak mampu mengontrol diri/emosinya, tidak suka dengan teman dikelas, ada yang beralasan
iseng saja melakukan tindakan perundungan, terbiasa berbicara dengan bahasa kasar dan kotor, merasa
paling bisa/paling kuat/besar secara fisik, merasa lebih baik dari teman lainnya, dan membalas hal apa
yang sudah dilakukan teman.
Sedangkan dilihat dari sisi korban bullying, peserta didik menjadi korban perundungan karena tidak
mampu bersosialisasi dengan baik, tingkat Kemandirian peserta didik yang Rendah, perbedaan Fisik atau
Karakteristik yang Terlihat, kondisi Kesehatan / Kelemahan Fisik, kurang Dukungan Teman Sebaya,
merasa di diskriminasi, terlihat sering murung, merasa terancam, rendahnya self esteem, dan tidak bisa
bersikap asertif.
Berdasarkan hasil analisis yang menjadi akar penyebab masalah dari timbulnya masalah peserta
didik menjadi korban “Bullying / Perundungan” yaitu karena tidak “bisa bersikap asertif”, hasil analisis
yang dilakukan solusi yang bisa diberikan kepada peserta didik yang menjadi korban bullying karena tidak
bisa bersikap asertif yaitu dengan memberikan Latihan Asertif Melalui konseling Kelompok. Hal ini
dilakuakan karena yang menjadi korban bullying terdiri dari beberapa anggota kelompok . Dengan
memberikan latihan asertifvitas diharapkan anggota kelompok mampu untuk meningkatan komunikasi
secara efektif, mampu mengelola konflik dengan lebih baik, mampu meningkatkan kepuasan dan percaya
diri, meningkatkan hubungan sosial, dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan secara tegas.
Menurut Alberti dan Emmons (dalam Ratnasari dan Arifin, 2021), yaitu perilaku asertif adalah perilaku
yang meningkatkan kesesuaian dalam berhubungan dengan sesama manusia, yang memungkinkan kita
untuk menunjukkan minat terbaik kita, berdiri sendiri tanpa harus merasa cemas, mengekspresikan
perasaan kita dengan jujur dan nyaman, melatih kepribadian kita yang sesungguhnya tanpa menolak
kebenaran dari orang lain.
Peran konselor pada praktik ini yaitu mendorong interaksi antar anggota kelompok dan membantu untuk
saling belajar terkait masalah yang dihadapi dan mendorong mereka untuk mampu berpendapat dan
menuangkan pikiran-pikiran mereka, serta membuat keputusan penyelesaianan atas masalah-masalah yang
dihadapai mereka.
5