Page 85 - e-modul Akuntansi Keuangan 1
P. 85
e-modul Akuntansi Keuangan I – Politeknik Negeri Bali
sebesar Rp 200 juta / 10 tahun = Rp 20 juta. Jurnal amortisasi tiap akhir
tahun adalah sebagai berikut:
Amortisasi paten Rp 20.000.000
Paten Rp 20.000.000
Entitas harus mereview masa manfaat dari aset tak berwujudnya tiap
akhir periode. Jika terdapat perubahan estimasi masa manfaat aset tetap,
nilai tercatat dari aset tak berwujud akan diamortisasi selama sisa masa
manfaat dari estimasi masa manfaat yang baru.
Misalnya, melanjutkan contoh sebelumnya, pada akhir tahun kedua,
manajemen mengestimasi bahwa masa manfaat paten bukan 10 tahun,
tetapi 12 tahun. Pada akhir tahun kedua, nilai tercatat paten adalah Rp 160
juta (Rp 200 juta – 2 x (Rp 20 juta). Nilai Rp 160 juta ini menjadi basis
amortisasi untuk nilai sisa manfaat 10 tahun kedepan. Besarnya amortisasi
tiap akhir tahun menjadi Rp 16 juta (Rp 160 juta / 10 tahun). Jurnal
amortisasi tiap akhir tahun berikutnya adalah sebagai berikut:
Amortisasi paten Rp 16.000.000
Paten Rp 16.000.000
2) Masa manfaat tidak terbatas
Perusahaan tidak mengamortisasi aset tak berwujud dengan masa
manfaat yang tak terbatas. Perusahaan perlu melakukan pengujian
penurunan nilai secara berkala untuk mengetahui apakah nilai wajar dari
aset tak berwujud tersebut lebih rendah dari nilai tercatatnya.
Pengaturan untuk penurunan nilai aset mengacu pada PSAK 236:
penurunan nilai aset. Entitas harus menilai apakah terdapat indikasi
penurunan nilai di setiap akhir periode pelaporan. Apabila terdapat
penurunan nilai, maka entitas membandingkan antara jumlah tercatat aset
tak terwujud dengan nilai terpulihkan. Apabila tidak terdapat penurunan
nilai, maka tidak perlu menghitung nilai terpulihkan.
3) Nilai sisa
Selain mengitung masa manfaat, untuk menghitung amortisasi juga
perlu diketahui mengenai estimasi nilai sisa. Untuk kasus aset tak
berwujud, nilai sisa biasanya diasumsikan sama dengan nol, kecuali jika
81