Page 174 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 174

“Ya,  aku  salah  satu  dari  putri  langit,

            paling bungsu.“


                     Melihat putri itu tampak murung dan

            gelisah, Mubalin dan mamanya tidak banyak

            bertanya  lagi.  Mereka  bertiga  kemudian

            hanya duduk diam sambil menunggu hujan

            reda.



                    Menjelang malam, ketika hujan sudah

            mulai reda, putri langit berpamitan kepada

            Mubalin dan mamanya.


                    “Terima kasih, kalian sudah memberikan

            saya  tempat  berteduh  dan  makanan  yang

            lezat. Saya harus segera pulang.”



                     Merasa tidak tega putri langit berjalan

            sendiri  melewati  kebun  tebu  dan  hutan,

            Mubalin berniat mengantarnya.




                                        166                                                                                  167
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179