Page 176 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 176

“Saya  akan  mengantarmu,  Putri.

            Hari  sudah  gelap.  Jalanan  menuju  danau

            tidak  akan  tampak,”  kata  Mubalin,  seraya

            mengikuti langkah putri itu. Putri tak menolak

            tawaran Mubalin. Dalam perjalanan, mereka

            membisu.  Sibuk  dengan  pikiran  masing-

            masing.


                    Mubalin  berjalan  mengiringi  si  putri

            langit.  Kadang  matanya  melirik  ke  arah

            wajah putri yang sangat jelita itu.



                    “Andai saja putri ini bersedia menjadi

            istriku,  bahagianya  hati  ini  ,”  kata  hati

            Mubalin  yang  mulai  terpesona  dengan

            kecantikan sang putri.


                    Sementara  putri  langit  sibuk  dengan

            pikirannya sendiri. Ia sangat takut terlambat

            pulang  ke  Istana  Langit.  Jika  terlambat



                                         168                                                                                 169
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181