Page 194 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 194
mendengar nama Mubalin disebut-sebut.
Jantungnya berdegub kencang. “Apa yang
terjadi dengan suami saya? Dimana Kaka
Mubalin sekarang?”
“Suamimu celaka. Lihatlah di tepi
pantai sana!” kata Pemuda itu sambil berlari
ke arah pantai.
Malaso berlari ke arah pantai.
Malaso mendekati tubuh suaminya.
Ia mengguncang tubuh Mubalin yang tidak
bergerak sambil menangis. Melihat Malaso
menangis, anak kecil dalam gendongannya
pun turut menangis keras. Mama Mubalin
duduk di samping Malaso, air matanya
menetes pelahan. Hatinya pedih tapi ia
berusaha menahan tangis, agar Malaso dan
cucunya tidak bertambah sedih.
186 187