Page 225 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 225

“Gete,  saya  telah  memaafkanmu.  Tapi

            demi harga diri saya harus melakukan ini,” kata

            Awies  sambil  memandang  Gete  yang  masih

            berlinangan air mata.


                    “Ampun, Kaka...“ ratap Gete ketakutan

            ketika  melihat  Awies  telah  siap  dengan

            parangnya.



                    “Bagaimana anak-anakku nanti? Siapa

            yang menjaga mereka? Suamiku sedang pergi,

            dan  belum  pulang,”  isak  Gete.  Ia  mengelus

            kepala kedua anak yang sangat disayanginya.


                    Seolah tahu akan ditinggalkan sang ibu,

            dua anak Gete menangis semakin keras. Pada

            masa  itu,  harga  diri  dan  sumpah  memang

            sangat dijunjung tinggi. Awies pun dengan rasa

            gamang  terpaksa  memenggal  kepala  Gete  di

            hadapan kedua anaknya.



 216                                     217
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230