Page 222 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 222
Anak-anak Gete menangis ketakutan
melihat pasukan yang memakai pakaian
perang.
Melihat tangisan anak-anak Gete,
Awies jatuh iba. Tidak bisa dipungkiri
dalam lubuk hati terdalamnya, ia masih
sangat menyayangi adiknya. Tapi ia tidak
memiliki pilihan untuk mengubah keadaan.
Pasukan perang yang dibawanya telah siap
untuk mengadili Gete, yang dianggap telah
menginjak harga diri Awies.
Bagai buah simalakama, Awies di
hadapkan pada dua pilihan sulit. Ia hanya
diam. Kepalanya menengok secara bergantian
ke arah pasukan yang siap menyerang, dan
ke arah Gete dengan anak-anaknya yang
ketakutan. Awies menjadi serba salah.
214 215