Page 66 - PEMBINAAN PROFESI
P. 66

Pembinaan Profesi



                                       9.  HIDUP MENGGEREJA DI INDONESIA

               1.  PENDAHULUAN
                   Masuknya  agama  Kristiani  bersamaan  dengan  masuknya  penjajah  Belanda  ke  Indonesia,
                   pegawai kompeni  Belanda hampir semuanya pemeluk agama Gereja Reformasi  (Kristiani
                   Kalvinis). Penghayatan keagamaan mereka sangat kurang, karena hanya mengejar keuntungan
                   materi. Pendeta diangkat dan digaji oleh Kompeni demi kepentingan mereka sendiri. Untuk
                   mencukupi kebutuhan pendeta di  Indonesia, Jenderal von Imhoff  (1743-1750) mendirikan
                   sekolah pendeta di Srilangka, Colombo pada tahun 1736, kemudian dipundahkan ke Batavia
                   pada tahun 1745, dan 1755 ditutup, karena dirasakan tidak ada manfaatnya bagi pemerintahan
                   setempat.

                   Seorang  pendeta  yang  bekerja  di  Maluku  mencoba  menterjemahkan  Kitab  Suci  ke  dalam
                   bahasa daerah setempat yakni Melayu logat Ambon. Terjemahan Kitab Suci ini bertujuan
                   menarik perhatian penduduk setempat  pada  ajarannya. Usaha ini ternyata membawa hasil
                   yang  lumayan  meski  helum  mencapai  hasil  yang  lebih  maksimal.  Usaha  yang  serupa
                   digunakan pula oleh pendeta Leydekker yang berdomisili di Batavia, yang menterjemahkan
                   Kitab Suci ke dalam Bahasa Melayu resmi. Perlu diketahui bahwa selama ini kompeni hanya
                                             4
                   mengijinkan  Statenbijbel ,  sementara  penduduk  setempat  tidak  semuanya  mampu
                   menggunakan bahasa Belanda.

                   Paus  Pius  VII  (1800-1823)  pada  tahun  1807  menjadikan  Nusantara  sebagai  “prefektur
                   apostolik” yakni suatu wilayah gereja yang diharapkan kelak dapat menjadi keuskupan (IKHK
                   Kan. 371,1). Prefek Apostolik Yakobus Nelissen bersama rekannya Patre Lambertus Prinsen
                   tiba  di  Batavia  pada  tahun  1809  dan  diangkat  sebagai  pengawai  pemerintahan  kolonial
                   Belanda, sama statusnya dengan para pendeta Protestan yang ada.

                   Politik  Tanam  Paksa  (cultur  stelsel)  yang  diterapkan  pemerintah  Belanda  pada  waktu  itu
                   membuat  banyak  kesempatan  untuk  melakukan  penyelewengan  oleh  para  pejabat
                   pemerintahan.  Tanah  untuk  tanaman  wajib  ditetapkan  kira-kira  5  %  dari  seluruh  tanah
                   pertanian rakyat, tetapi keluarga petani yang terlibat hanya sekitar 75 % saja , sehingga hasil
                   pertanian jauh dari apa yang diharapkan, dan pada akhirnya petani dikenakan kerja paksa.
                   Orang yang tidak puas atas situasi sosial di dalam masyarakat bereaksi secara beragam.

                   Namun  bagi  para  petani  yang  mayoritas  penduduk  tidak  ada  jalan  untuk  meluangkan
                   kekesalannya atas kebijaksanaan pemerintah kolonial, mereka melancarkan protesnya melalui
                   kepercayaan akan datangnya “Ratu Adil” (Almaseh atau Imam Mahdi).

                   Sekitar akhir tahun 1900 pemerintah Belanda telah menyerahkan politik perdagangan kepada
                   pihak swasta, dan membuka kesempatan penduduk pribumi untuk bersekolah. Partai Kristiani
                   di Belanda berhasil memperjuangkan biaya subsidi untuk misi zending, seolah pemerintah
                   akan membonceng keberhasilan partai ini untuk tujuan politik.

                   Kita harus bijak menafsirkan kalimat Pengarang Sejarah Nasional: dari pihak partai agama
                   haluan baru tertuju pada kristenisasi, sebagai suatu panggilan umat kristiani, maka mulailah
                   dilancarkan  politik  zending  atau  misi.  Sejarah  menunjukkan  bahwa  pada  tahun  1865,  Sri
                   Sultan Yogyakarta menyerahkan sebidang tanah dekat keraton kepada misi Katolik dan Pastor
                   Y.de Vries SJ setelah berhasil mengarang Buku Katekismus dalam bahasa Melayu

               2.  MENGGEREJA DI INDONESIA




               4  Terjemahan Kitab Suci dalam Bahasa Belanda hasil Sinode Dordrecht 1619
                                                            233
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71