Page 67 - PEMBINAAN PROFESI
P. 67
Pembinaan Profesi
Pramudya Ananta Tur seorang pengarang yang hidup di berbagai zaman, menuliskan bahwa
baru sekitar pergantian abad 19 ke abad 20 negara modern lahir, sebagai akibat keserakahan
Belanda. Apa yang dikatakan politik etis atau politik kebebasan, belum mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, tetapi justru menumbuhsuburkan kenasionalan Indonesia.
5
Kesulitan misi zending akibat masalah dana
Prefek Apostolik di Batavia ternyata pernah menjadi wilayah vikariatnya yang terluas
di dunia dan hanya dillayani oleh 5 (lima) imam projo dan 10 (sepuluh) imam Jesuit.
Gaji yang diperoleh Imam Jesuit, masuk ke Kas Jesuit untuk dibagikan ke seluruh
anggotanya. Di samping uang gaji ada uang untuk pembelian kebutuhan sehari-hari,
namun jelas tidak memadai, kebiasaan jemaat membiayai Gereja belum dikenal pada
saat itu. Sementara Imam pribumi (projo) baru menerima gaji sebagaimana imam
Jesuit setelah tahun 1892.
Kesulitan misi Zending akibat masalah wewenang
Vikaris Walterus Staal SJ ternyata seorang yang sangat hati-hati dan cenderung otoriter
(staal = baja), dikarenakan pengaruh pengalaman hidup bahwa pamannya mati
terbunuh di kota Padang. Agaknya kesulitan tenaga dan ketegangan yang timbul antara
Vikaris dan superior Jesuit, sehingga para bawahannya menjadi serba sulit dan
menyakitkan bila mereka bertabrakan dengan kebijasanaan yang tidak jelas.
Kesulitan Inkulturasi kristen
Conrad Laurens Coolen (Indo Rusia – Belanda & Jawa), seorang mantan prajurit
Belanda, kawin dengan orang Belanda di Surabaya. Tatkala ia pensiun dikaryakan
sebagai penjaga hutan, dan tinggal jauh di pedalaman. Keluarganya tidak mau ikut,
kemudian kawin secara Islam. Coolen dapat beradaptasi dengan penduduk setempat
dan ia telah berubah menjadi “petani Jawa dan kepada desa”. Sambil tetap
menghormati Agama Islam, Coolen mencoba memberi pengertian tentang agama
Kristen, dengan menggunakan unsur dari tradisi Jawa ia mencoba menjelaskan Kitab
Suci dan ajaran Kristus. akibatnya fatal, ia ditangkap dan dipenjarakan.
Seorang kolomnis menuliskan bahwa Coolen seorang yang agresif, sebab pada tahun
1850-an telah berani menciptakan apa yang disebutnya dengan Syahadatn Kristen,
yang berbunyi a.l. tiada Tuhan selain Allah, Yesus itu Roh Allah (Fahry Ali, majalah
tempo 30-12-1989 hal 100).
Kesulitan baru tanpa inkulturasi dicap sebagai agama asing, dengan inkulturasi dicap
sebagai agresif.
Kecewa, lalu pindah Gereja
Dalam sejarah Gereja, sering kita jumpai individu atau kelompok yang pindah Gereja
karena mengalami kekecewaan, baik karena pimpinan Gereja atau dikarenakan atau
sebab yang lain. Tersebut seorang pendeta Matheus Teffer, yang bertugas di
Ambarawa, pergi berobat ke Semarang, setelah berobat ia tidak dapat pulang, dan mau
bermalam di rumah pendeta setempat namun ditolak, dan akhirnya ia bermalam di
pastoran. Setahun kemudian pendeta tsb minta diterima menjadi umat Katolik, disusul
oleh para katekisnya Yohanes Vredee dan martinus Martodiredjo beserta umatnya
sekitar 50 (lima puluh) orang, mungkin ini merupakan awal umat Gereja Katolik di
Ambarawa, Bedono dan Semarang. Hal ini serupa terjadi di Kampung Sawah daerah
perbatasan Jakarta dan Bekasi.
5 Ke 4 kisah diambil tulisa P.G. van Schie CICM – Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani
234