Page 72 - PEMBINAAN PROFESI
P. 72
Pembinaan Profesi
dasar “pola” yang telah diletakkan sendiri oleh Sang Arsitek. Pola pembangunan Gereja telah
pula dibuat Sang Arsitek, tinggal kita yang melanjutkan selaras dengan pola yang telah
ditetapkan. Pola pembangunan Gereja adalah “kasih”. Kasih inilah yang harus dijabarkan,
bukan sekedar cara bagaimana Gereja dapat berdiri. Namun yang lebih utama adalah Gereja
dapat berdiri dengan kokoh dan dapat berdaya guna bagi setiap umat baik seiman ataupun
tidak. Fransiskus melihat kesemuanya itu dalam terang kasih dalam Injili.
Bergabungnya para pengikut Fransiskus menunjukkan bahwa ia mampu memberi contoh atau
suri tauladan kepada sesama. Para saudara yang mengikuti jejaknya tidak hanya rohaniwan,
tetapi juga para pendosa, tidak hanya cendikiawan, tetapi juga mereka yang buta huruf,
hartawan dan orang tersingkir. Betapa beragamnya pengikutnya terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat namun satu tujuan (bdk. Bhinneka Tunggal Ika).
Peristiwa Perang Salib, membuka mata Fransiskus bahwa tidak hanya pengikut Yesus yang
memuji kebesaran Tuhan, tetapi justru “musuh mereka” melakukan hal yang sama, dan
senantisa tepat waktu. Bukankah ini suatu contoh yang mampu menumbungkan
perkembangan iman kita? Bandingkan waktu kita berdoa Doa Malaikat Allah dengan waktu
para muslim bershalat, bandingkan pula cara mereka berdoa tasbih dengan rosario kita?
Kesemuanya berdoa memuji Tuhan yang Mahaluhur:
Yang Mahaluhur, Mahakuasa, Tuhan yang baik
Milik-Mulah pujaan, kemuliaan dan hormat
dan segala pujian (KitMat 1)
Masih dari Peristiwa Perang Salib, Fransiskus dapat bertemu dengan Sultan Malik Al Khamil
penguasa perang. Di sini saling berharapan Malik seorang muslim yang tawakal dengan
seorang Fransiskus yang sangat sederhana, seorang Kristen yang tidak meremehkan kitab suci
dan keyakinan kaum muslim. Memang Fransiskus tidka mencapai tujuannya pada sultan,
sultan tidak bersedia menerima perdamaian ataupun iman Kristen, namun yang lebih utama
telah terjadi dialog antar umat beriman. Kita sangat membutuhkan dialog yang terbuka
dengan siapa saja, khususnya dalam membangun Gereja secara fisik atau pun secara rohani.
239