Page 69 - PEMBINAAN PROFESI
P. 69
Pembinaan Profesi
melali bentuk-bentuk hidup berulah tapa atau melalui permenungan yang mendalam,
atau dengan mengunsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Buddhisme dalam
belbagai alirannya mengakui bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak
mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti
dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna atau entah dengan
usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi.
Demikian pula dengan agama-agama yang lain yang terdapat di seluruh dunia ...
Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan
suci. Dengan sikap hormat dan tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan
hidup, (NA2) selanjutnya diuraikan pula.
Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup
dan berdautlat, penuh belas kasihan dan mahakuasa. Pencipta langit dan bumi, yang
telah bersabda kepada umat manusia. Kaum Muslim berusaha menyerahkan diri
dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetapan Allah yang juga bersifat rahasia,
seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan suka rela mengacu kepadanya – telah
menyerahkan diri kepada Allah. memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah,
melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga menghormati Maria Bunda-
Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru
kepadanya. Selain itu mreeka mendambakan hari Pengadilan, bila Allah akan
mengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka mereka juga menjunjung tinggi
kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa. (N 3)
Dengan arahan Konsili Vatikan dan Pengalaman hidup, Gereja Katolik Indonesia
6
mengeluarkan Arahan Dasar sbb: (hanya beberapa point penting)
1) Gereja Indonesia. Dengan pendirian itu, kita ingin mengungkapkan
penghayatan kita dengan bagian integral rakyat Indonesia. Gereja Katolik mau
mencurahkan segenap tenaga guna menyingkirkan segala hal yang dapat
memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Di tengah bangsa Indonesia itu
kita berpadu dengan seluruh Gereja Semesta.
2) Pancasila. Semangat hendak menyelenggarakan dialog hidup itu
menyebabkan kita memandang segala masalah di dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara melalui kesempitan kepentingan golongan sendiri.
Kita dipanggil supaya menggunakan cakrawala iman, yang merangkum segala
hal demi keagungan Allah. Masalah-malasah politik, ekonomis, sosial, budaya,
persekolahan, komunikasi sosial, pertahanan dan keamanan mendapat tempat
yang selaras di dalam cakrawala tanpa batas iman kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Segala sesuatu dalam pembangunan ingin dirangkum dalam semangat
persaudaraan, dengan penuh rasa kemanusiaan sambil menjunjung tinggi
persatuan bangsa. Kedaulatan rakyat ingin diwujudkan bersama keadilan sosial
dalam segala segi dan tahap pembangunan sesuai dengan cita-cita Pembukaan
UUD 1945. Begitulah kita memandang Pancasila dari lubuk hati yang
terdalam, serasi dengan ajaran iman. Pancasila secara tulus kita akui sebagai
dasar hidup bangsa yang merupakan jaminan kemerdekaan dan kesamaan
kedudukan tiap warga negara.
3) Bhinneka Tunggal Ika. Hasrat persatuan yang menjiwai setiap keterlibatan
membuat kita juga terbuka terhadap kekhususan semua pihak. Kesatuan
mengijinkan adanya perbedaan dalam ciri setiap kelompok dan juga perbedaan
dalam mencapai persatuan itu. Perbedaan pandangan diterima sebagai suatu
potensi guna menemukan hal-hal yang lebih baik lagi dari pada yang sekarang
sudah dimiliki bangsa ini. Persatuan bangsa Indonesia mengijinkan perbedaan
6 Pedoman Gereja Katolik Indonesia, Sidang Agung KWI – Umat Katolik 1995
236