Page 26 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 26
akhirnya atasan dari Kamaruddin tidak memaksakan. Kondisi itu
disebabkan karena posisi dan tenaga Kamaruddin saat itu Kantor
Perindustrian sangat dibutuhkan.
Situasi seperti serupa juga dialami oleh Muawiyah dan
Haslinda. Saat menjadi pengurus, Muawiyah bekerja di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Saat awal, Kepala Dinas
Kesehatan yakni dr. Uksim Jumbo, alumni HMI.
Sebagai sesama kader HMI, H. Uksin Jumbo sering
memanggil Muawiyah dan Haslinda untuk rapat guna menyusun
rencana kegiatan. Kegiatan rapat banyak dilakukan di rumah. Saat
teman satu kantor Muawiyah mengetahui memiliki latar belakang
sebagai anggota HMI, ada oknum yang mengancamnya untuk
mencoret sebagai pegawai. Kegiatannya terus dibuntuti, termasuk
kegiatan orang tuanya. Muawiyah menyebut nama bahwa oknum
dimaksud yakni dr. Ali dan dr. Bagus. Keduanya bukan alumni HMI.
Situasi tersebut terjadi karena anggapan bahwa jika menjadi
pegawai mesti ikut Golongan Karya (Golkar). Sebagaimana
diketahui bahwa Golkar merupakan partai yang didirikan oleh
pemerintah orde baru dan dijadikan sebagai alat politik untuk
mengkonsolidasikan kekuasaan politik. Pada masa itu, Golkar
menjadi satu-satunya partai yang diizinkan untuk merekrut
pegawai negeri guna menopang kekuasaan.
Tetapi karena Muawiyah masuk ke HMI sehingga dianggap
berafiliasi pada salah satu kekuatan politik, selain Golkar. Akhirnya
Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) Sultra saat itu sempat
melakukan interogasi. Saat interogasi, Kasospol bertanya
aktivitasnya sebagai anggota HMI sambal mengingatkan bahwa
posisi sebagai pegawai negeri hendaknya dapat mendukung
kebijakan pemerintah dan tidak terlibat dalam kegiatan yang
dianggap berbahaya bagi stabilitas negara. Tampaknya, Kasospol
sudah mendengar pula bahwa Muawiyah akan berangkat ke
7

