Page 31 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 31

menuturkan  bahwa  saat  setelah  penutupan  Kongres  HMI  di
            Surabaya peserta HMI Cabang Kendari kesulitan pendanaan untuk
            balik ke Kendari, sehingga peserta kongres harus Kembali ke Kendari
            dengan usaha mandiri. Tanpa disadari peserta HMI Wati yang saat

            itu keliling Surabaya untuk mencari alumni dipertemukan dengan
            anggota  dari  Angkatan  Darat  yang  memfasilitasi  kepulangan
            peserta kongres HMI Wati dengan menggunakan pesawat terbang.
            Ketidaksengajaan    seperti   ini   memberikan    asumsi   bahwa
            kelembagaan  HMI  memiliki  ikatan  emosional  dengan  militer
            khususnya Angkatan Darat.
                   Militansi kader-kader HMI tahun 1970 tidak hanya  terlihat
            secara kelembagaan. Dari sisi individu, karakter seperti Anas Lamba
            dengan sikap disiplin dan kapasitas berpikir luas sehingga membuat
            banyak orang sangat kenal dengan kepribadiannya. Ia juga sudah
            menjadi tokoh penggerak di sekitar wilayahnya tinggal karena ketua

            pembangunan mesjid di Ranomeeto. Sebagai individu yang pernah
            ditempa di HMI, sikap
                   Sikap  loyal  terhadap  nilai-nilai  yang  diperjuangkan  oleh
            organisasi  ini,  khususnya  dalam  mengamati  lingkungan  dan
            mengurus  kegiatan-kegiatan  keagamaan,  merupakan  hasil  dari
            proses  pembinaan  yang  sangat  kuat  di  HMI.  HMI  tidak  hanya
            membentuk  kader  dari  segi  intelektual,  tetapi  juga  memberikan
            pemahaman  yang  mendalam  mengenai  kewajiban  sosial  dan

            tangung jawab sosial sebagai umat Islam, salah satunya dalam hal
            pengelolaan masjid dan penjagaan nilai-nilai agama.
                   Al Jufri menuturkan saat aktif sebagai aktivis HMI Cabang
            Kendari  sangat  susah  untuk  mengajak  anak-anak  muda  dalam
            melakukan demonstrasi. Itulah tantangan gerakan mahasiswa saat
            itu.  Beberapa  alasan  yang  mungkin  menjadi  faktor  penyebab
            kesulitan  ini  antara  lain  adalah  kondisi  sosial-politik  yang  sangat
            menekan, sikap apatis di kalangan sebagian mahasiswa, dan strategi
            pengendalian sosial yang diterapkan oleh pemerintah Orde baru.


                                                                         12
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36