Page 27 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 27
Kongres HMI di Bandung. Situasi serupa juga dialami oleh
beberapa aktivis HMI seperti Andi Tajuddin di pengadilan tinggi.
Beruntung saat itu, di kantor ada pejabat yang juga memiliki
latar belakang aktivis. Sebelum ke Kendari, di Surabaya menjadi
aktivis GMNI. Dia memanggil Muawiyah dengan berbicara dari
hati-hati. Dia berbicara kepada Muawiyah: ”Kamu bimbing saja ibu-
ibu yang di Pemda supaya tidak terlalu kentara”. Rupanya ibu itu
mengerti kegelisahan yang dialami Muawiyah. Setelah pertemuan
itu, maka Muawiyah sudah sering rapat dengan ibu-ibu dari
pemerintah daerah. Jika ada kegiatan pemerintah daerah, dia yang
diutus karena dekat dengan sekretaris daerah saat itu.
Dengan aktivitas seperti itu, memiliki dampak terhadap
perkembangan HMI Cabang Kendari. Hanya saja, meski secara
nasional HMI sudah dibentuk pada tahun 1947 sehingga memiliki
tujuan yang jelas, tetapi animo mahasiswa di Kendari belum melihat
urgensi untuk bergabung. Selain itu, latar belakang pengurus
sebagai pegawai negeri dan intimidasi yang dilakukan oleh
penguasa terhadap pengurus mengakibatkan belum maksimalnya
roda organisasi HMI Cabang Kendari berfungsi.
1.4 Penentuan Ketua Umum Melalui Rapat Anggota
Pada fase tahun 70’an, mekanisme penentuan ketua umum
(ketum) bukan melalui konperensi cabang, tetapi melalui rapat
anggota. Tahun 1970 dalam suatu rapat pengurus HMI memutuskan
untuk mendapuk Yusuf Kumalaraden sebagai Ketua HMI Cabang
Kendari, dan Ahmad Rachman, sebagai sekretaris. Selanjutnya posisi
ketum yakni Anas, disusul Kamaruddin. Tahun 1978-1979, ketum
HMI Cabang Kendari dengan sekretaris Abd. Fattah Thalib.
Pengangkatan ketua umum melalui rapat anggota terus
berlanjut hingga pada periode Ahmad Aljufri pada tahun 1980.
Ahmad Aljufri ditunjuk melalui pertemuan beberapa orang yakni:
Makmur Ibnu Hajar, Mansyur Pawata, Wa Ode Muawiyah, Abd.
8

