Page 25 - 8731_Andisipengendangcilik
P. 25

kedua ke gerakan ketiga, dan seterusnya, biasanya ada

            saat-saat penari  tegang  dan  panik  karena  takut  salah.
            Dengan perasaan seperti itu, justru akan menyebabkan
            terjadinya kesalahan.  Melalui wirasa, seorang penari
            akan merasa nikmat dan mudah menerima tanda-tanda
            atau aba-aba gamelan sehingga tidak terjadi kesalahan

            dan pergantian gerakan pun bisa sempurna dan sangat
            indah dilihat.

                   Pak Sarjo telah melakukan terobosan baru dengan

            melatih anak-anak menjadi pemain ebeg. Melalui Andi,
            ada potensi besar untuk  lebih mendekatkan kesenian
            ebeg dengan  masyarakat. Selama ini  ebeg dipandang
            hanya milik kaum dewasa. Bagi Pak Sarjo tidak, justru

            ia ingin  membuktikan  bahwa anak-anak  pun  bisa
              melakukannya.  Kelak  jika  dewasa mereka  sudah  tidak
            perlu  berlatih terlalu   banyak.  Bahkan,  untuk  berharap
            ada orang dewasa berniat berlatih saja mungkin tahun-
            tahun mendatang susah  didapatkan.


                   Mungkin masyarakat menilai bahwa kesenian ebeg
            identik dengan kesurupan. Harus diakui kalau memang
            ada saat-saat pemain ebeg trans atau kesurupan. Dalam
            bahasa Jawa dikenal ndadi ‘menjadi-jadi’ atau mendem

            ‘mabuk’.  Artinya, pemain ebeg akan menjadi sosok lain
            yang bukan dirinya karena telah dirasuki  roh halus.
            Roh halus yang merasuk adalah penyuka kegiatan

            seni sehingga ketika merasuk  pun hanya ingin menari,
            berjoget, dan bersenang-senang.


                                                                      15
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30