Page 46 - E-Modul Asam Basa
P. 46
Pembahasan :
• Pertama-tama tentukan volume rata-rata NaOH yang digunakan. Pada data titrasi ke-
1, terlalu jauh menyimpang, maka data ditrasi ke-1 dibuang. Jadi, volume rata-rata
hanya dihitung dari data titrasi ke-2, ke-3, dan ke-4 yaitu 30,2 mL.
• Jadi 20 mL larutan H2SO4 tepat habis bereaksi dengan 30,2 mL larutan NaOH
0,10M, maka persamaan reaksinya adalah :
H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) ⟶ Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)
NaOH yang terpakai pada titrasi = 0,1 M x 30,2 mL = 3,02 mmol = 0,0032 mol
Dari persamaan reaksi, setiap 1 mol H2SO4 tepat habis bereaksi dengan 2 mol NaOH.
H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) ⟶ Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)
1
0,0032 0,0032
2
1
Maka H2SO4 yang dititrasi = 0,0032 = 0,0016
2
Konsentrasi H2SO4 = = 0,0016 = 0,08 = 0,08
0,02
4. Pelaksanaan Titrasi
Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan
bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, kedalam larutan asam dengan volume
tertentu yang terletak dalam labu Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis ditandai
dengan berubahnya warna indikator. Tepat pada saat warna indikator berubah,
penambahan titrasi dihentikan dan volumenya dicatat sebagai titik akhir titrasi. Larutan
basa yang diletakkan dalam buret disebut dengan larutan penitrasi.
Perubahan warna indikator yang menandai tepat habisnya kedua larutan yang
bereaksi tidak selamanya tepat seperti perhitungan secara teoritis, volume larutan
penitrasi yang diperoleh melalui perhitungan secara teoritis disebut dengan titik
ekuivalen. Perbedaan volume titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen disebut dengan
kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh pemilihan indikator.
Jika indikatornya semakin tepat, maka kesalahan titrasinya kecil.
37