Page 32 - Kolaborasi dengan OKI, Badan POM Dukung Pengembangan Obat dan Vaksin COVID-19 di Negara-Negara OKI_Neat
P. 32
Judul : Badan POM Ajak Negara Anggota OKI Berkolaborasi
Nama Media : mediaindonesia.com
Tanggal : 3 September 2020
Halaman/URL : https://mediaindonesia.com/read/detail/342719-badan-pom-ajak-
negara-anggota-oki-berkolaborasi
Tipe Media : Online
SEIRING dengan perkembangan pandemi
covid-19, Badan Pengawas Obat dan
Makanan (POM) memandang perlu
adanya koordinasi dan kolaborasi antara
regulator (national medicines regulatory
authorities/NMRAs) dan industri farmasi
negara-negara anggota Organisasi Kerja
Sama Islam (OKI).
Hal itu penting dilakukan dalam rangka
pengembangan obat dan vaksin sebagai
langkah strategis terhadap upaya penanganan pandemi covid-19 secara global serta
sebagai langkah nyata dalam mempercepat implementasi Deklarasi Jakarta dan
Rencana Aksi NMRAs OKI.
Pendapat itu disampaikan Kepala Badan POM Penny K Lukito saat sesi Focus
Group Discussion Kolaborasi Obat dan Vaksin dalam Perspektif Kerja Sama
Negara-Negara OKI, yang dikutip Media Indonesia, kemarin. “Dalam kerangka kerja
sama dengan OKI,” lanjut Penny,
“Indonesia melalui Badan POM telah membantu peningkatan kapasitas regulator di
negara anggota OKI dalam melakukan pengawasan obat dan makanan,
meningkatkan ketersediaan obat dan vaksin, serta mendukung kemandirian dalam
produksi dan penyediaannya di negara anggota OKI yang membutuhkan.” Salah
satunya, lanjut Penny, melalui program kerja sama Selatan-Selatan dan triangular
dalam bentuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang obat dan vaksin.
“Posisi Indonesia sebagai center of excellence (CoE) di bidang vaksin dan produk
biologi di antara negara anggota OKI memiliki peran penting untuk mendorong kerja
sama strategis di bidang obat.
Khususnya untuk mendukung ketersediaan dan kemandirian (self-reliance) dalam
pemenuhan kebutuhan obat dan vaksin yang aman, bermutu, berkhasiat, dan
terjangkau bagi negara anggota OKI,” jelasnya lagi.
Kemandirian dan akses terhadap obat dan vaksin saat ini menjadi isu sangat
penting, terutama di tengah masa pandemi covid-19 yang telah berdampak pada
status kesehatan di 114 negara di seluruh dunia.