Page 101 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 101

Judul          : Pengurus Besar IDI: Penarikan Ranitidin Bentuk Kehati-hatian

               Nama Media : sindonews.com

               Tanggal        : 11 Oktober 2019

               Halaman/URL: https://nasional.sindonews.com/read/1447759/15/pengurus-besar-idi-
               penarikan-ranitidin-bentuk-kehati-hatian-1570786133

               Tipe Media  : Online

                                                                    JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan
                                                                   Dokter     Indonesia      (PB      IDI)
                                                                   menanggapi       keputusan      Badan
                                                                   Pengawas  Obat  dan  Makanan
                                                                   (BPOM) untuk menarik obat lambung
                                                                   Ranitidin  dari  peredaran.  Ketua
                                                                   Kajian  Obat  PB  IDI,  dr  Rika
                                                                   Yuliwulandari        mengungkapkan
                                                                   bahwa      penarikan     ini   bentuk
                                                                   kewaspadaan dan kehati-hatian.
                                                                   “Penarikan Ranitidin adalah sebagai
               upaya  bentuk  kewaspadaan  dan  kehati-hatian.  NDMA  itu  banyak  ditemukan  di
               lingkungan secara umum dalam jumlah yang berbeda. NDMA ini adalah kontaminan
               yang umum yang ditemukan di lingkungan. Ada di daging, air, susu, ikan. Nah dalam
               obatnya sendiri sebetulnya aman karena sudah dipakai bebas termasuk di luar negeri
               termasuk obat bebas. Dan di Indonesia obat yang pakai resep dokter,” jelas dr Rika
               saat konferensi pers di Kantor BPOM, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
               Obat  Ranitidin,  kata  dr.  Rika  bisa  dipakai  lagi  jika  ditemukan  penelitian  bahwa
               cemaran NDMA dan toksinnya bisa diminimalisir. Pasalnya, kandungan karsinogenik
               sebenarnya juga ada di dalam kandungan produk rumah tangga lainnya.

               “Jika bicara soal karsinogen setiap hari saja masyarakat masih terpapar karsinogen.
               Kita sehari-hari masih terpapar. Daging dibakar, susu, dan produk olahan. Dan jika
               obat menimbulkan kanker kan butuh paparan yang jangka panjang,” jelasnya.
               Oleh  karena  itu,  PB  IDI  akan  menindaklanjutinya  dengan  menggelar  rapat  formal
               bersama para dokter terkait keputusan BPOM. “Dari PB IDI sampaikan kepada tenaga
               kesehatan di lingkungan PB IDI. Nanti ada rapat di PB IDI kami ajukan bentuk formal
               seperti apa,” jelas dr Rika.

               Untuk diketahui, penarikan Ranitidin merupakan tindak lanjut informasi dari US Food
               and  Drug  Administration  (US  FDA)  dan  European  Medicine  Agency  (EMA)  bahwa
               terdapat  produk  Ranitidin  yang  mengandung  cemaran  N-Nitrosodimethylamine
               (NDMA) yang bersifat karsinogenik jika dipakai jangka panjang akan memicu kanker.

               Ranitidin  adalah  obat  yang  digunakan  untuk  pengobatan  gejala  penyakit  tukak
               lambung dan tukak usus. Sebelumnya BPOM telah memberikan persetujuan terhadap
               ranitidin sejak tahun 1989 melalui kajian evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu.
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106