Page 78 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 78

Karena itu, Badan POM melakukan intensifikasi pengawasan dengan target utama
               adalah rantai distribusi produk pangan di sisi hulu, yaitu importir, distributor, maupun
               sarana grosir/penjualan skala besar, terutama yang memiliki rekam jejak pelanggaran.
               Lebih lanjut, pengawasan sebelum Hari Raya Natal dan Tahun Baru ditargetkan pada
               produk-produk yang permintaannya meningkat/tinggi pada masa Hari Raya Natal dan
               Tahun Baru seperti parsel makanan, maupun produk impor.



               Secara rinci, sampai dengan tanggal 19 Desember 2019 (tahap III), telah dilakukan
               pemeriksaan  terhadap  2.664  sarana  distribusi  pangan  (ritel,  importir,  distributor,
               grosir)  dengan  hasil  1.152  (43,24%)  sarana  distribusi  Tidak  Memenuhi  Ketentuan
               (TMK)  karena  menjual  produk  pangan  ilegal,  rusak,  dan  kedaluwarsa.  “Total
               ditemukan  188.768  kemasan  (5.415  item)  pangan  TMK,  dengan  rincian  50,97%
               pangan  ilegal  (96.216  kemasan), 42,98%  pangan  kedaluwarsa  (81.138  kemasan),
               dan 6,05% pangan rusak (11.414 kemasan),” ungkap Penny K. Lukito.



               Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan Tahun 2018 pada periode yang
               sama, terjadi perluasan cakupan sarana distribusi yang diawasi sebanyak 495, yaitu
               dari 2.169 sarana pada 2018 menjadi 2.664 sarana pada 2019. Hal ini dikarenakan
               40 Kantor Badan POM di kabupaten/kota telah aktif melakukan pengawasan untuk
               melengkapi  pengawasan  rutin  yang  dilakukan  sepanjang  tahun  dan  pengawasan
               dengan  target  khusus.sejak  dibentuk  bulan  Agustus  2018.  Peningkatan  cakupan
               pengawasan sarana tersebut, secara umum berdampak pada peningkatan temuan
               pangan TMK dari 164.998 kemasan pada 2018 menjadi 188.768 kemasan pada 2019.


               Berdasarkan lokasi temuan, pangan ilegal banyak ditemukan  di Bengkulu, Banten,
               Gorontalo,  Riau,  Bali,  Papua,  Sulawesi  Tengah,  Jawa  Tengah,  Lampung  dan
               Sulawesi Utara. dengan jenis produk berupa Bahan Tambahan Pangan (BTP), teh
               kering, bumbu, minuman berperisa, dan AMDK. Temuan pangan kedaluwarsa banyak
               ditemukan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, Sulawesi Tenggara,
               Papua Barat, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Aceh, dan Kalimantan
               Selatan  dengan  jenis  produk  minuman  serbuk,  bumbu,  minuman  kopi,  makanan
               ringan, dan tepung.



               “Sementara  temuan  pangan  rusak  banyak  ditemukan  di  Sulawesi  Selatan,  Papua
               Barat,  Nusa  Tenggara  Barat,  Nanggroe  Aceh  Darussalam,  Kalimantan  Selatan,
               Bengkulu,  Sulawesi  Barat,  Nusa  Tenggara  Timur,  Sumatera  Utara,  Kepulauan
               Bangka Belitung dengan jenis pangan minuman kopi, permen, Susu Kental Manis,
               minuman berperisa, dan tepung,” tukas Penny K. Lukito.



               Dalam rangka perlindungan masyarakat maka seluruh produk pangan yang TMK telah
               diturunkan  dari  rak  pajang/display,  diamankan  setempat,  dan  diperintahkan  untuk
               tidak  diedarkan.  Selanjutnya  terhadap  pelaku  usaha  akan  dilakukan  pendalaman
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83