Page 82 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 82
Judul : Pangan tak Layak Marak di Perbatasan
Nama Media : harnas.co
Tanggal : 24 Desember 2019
Halaman/URL:http://www.harnas.co/2019/12/23/pangan-tak-layak-marak-di-
perbatasan
Tipe Media : Online
JAKARTA (HN) - Daerah
perbatasan Indonesia dengan
negara lain menjadi tempat rawan
peredaran pangan tak layak.
Berdasarkan temuan Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), peredaran pangan tak
layak atau tidak memenuhi
ketentuan (TMK) di daerah
perbatasan dipicu kebutuhan
masyarakat yang tinggi tetapi tidak diiringi kemudahan akses.
"Dengan keadaan itu, mungkin stok tidak mencukupi. Kemudian, mereka
mendatangkan produk ilegal bahkan kedaluwarsa," kata Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan BPOM Reri Indriani di Kantor BPOM Jakarta, Senin (23/12).
Reri menjelaskan, pangan TMK terdiri dari pangan rusak, tidak izin edar, dan
kedaluwarsa. Menurut dia, pangan rusak banyak ditemukan di Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Selatan, dan Nangroe Aceh Darussalam. Pangan ilegal banyak
didapatkan di Papua, Gorontalo, Riau, dan Sulawesi Utara. Sedangkan pangan
kedaluwarsa banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Sulawesi
Tenggara.
"Jenis produk berupa bahan tambahan pangan, teh kering, minuman berperisa,
minuman siap konsumsi, makanan ringan, permen, susu kental manis, dan tepung,"
paparnya.
Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengatakan, BPOM melakukan intensifikasi
pengawasan pangan jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Menurut dia,
momentum ini kerap dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab untuk memasok
pangan TMK.