Page 31 - Sarasehan Jamu Nusantara
P. 31
Dengan demikian, ketika sudah selesai di tahap penelitian di laboratorium, obat bahan alam bisa
melangkah ke uji praklinis dan uji klinis sesuai standar dan prosedur yang berlaku. Itu akan
memudahkan kegiatan penelitian pengembangan obat bahan alam yang mengikuti kaidah ilmiah ke
depan. Jika sudah terbukti untuk aspek keamanan, khasiat dan mutu obat bahan alam secara ilmiah,
maka BPOM selanjutnya akan mengevaluasi dan menentukan untuk pemberian izin edar.
Dengan izin edar, produk tersebut sudah terjamin kualitas dan keamanannya sehingga mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat dan dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. “Jadi masyarakat
semakin memahami manfaatnya dan percaya bahwa setelah mendapat proses registrasi jaminan
aman mutu dan khasiat dari BPOM itu terjamin,” ujar Penny.
Obat bahan alam Indonesia, seperti dikutip dari antaranews.com, dikelompokkan menjadi jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku. Setelah lolos uji praklinis, jamu naik kelas menjadi obat herbal terstandar (OHT). Pada
OHT, juga telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Kemudian, jika keamanan, khasiat dan mutu obat bahan alam lolos uji praklinis dan uji klinis serta
bahan baku dan produk jadinya sudah terstandarisasi, maka naik kelas ke tingkat paling tinggi yakni
fitofarmaka. “Jadi ada tahapan11-tahapan yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan manfaat dan
juga potensinya sebagai satu produk ekonomi,” tutur Penny.