Page 6 - BADAN POM DUKUNG PENUH PENINGKATAN INVESTASI INDUSTRI FARMASI
P. 6
Judul : Korea Selatan Gandeng Indonesia Dirikan Pabrik Obat Kanker Halal
Pertama di Cikarang
Nama Media : liputan6.com
Tanggal : 9 Juli 2019
Page/URL : https://www.liputan6.com/health/read/4008433/korea-selatan-gandeng-
indonesia-dirikan-pabrik-obat-kanker-halal-pertama-di-
cikarang?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=
Tipe Media : Online
Liputan6.com, Cikarang Perusahaan
farmasi asal Korea Selatan Chong Kun
Dang Pharmaceutical (CKD Pharma)
bekerja sama dengan industri farmasi
lokal mendirikan pabrik obat onkologi
berlabel halal pertama di Indonesia.
Menggandeng perusahaan farmasi di
Indonesia OTTO Pharmaceutical,
keduanya telah bersinergi melalui PT
CKD OTTO Pharmaceutical sejak 2015.
Namun, dengan adanya pabrik obat yang diresmikan pada Selasa, 9 Juli 2019 ini, mereka
berfokus pada produk obat onkologi berupa injeksi dalam bentuk cair dan bubuk.
Hadir dalam peresmian pabrik, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila F Moeloek dalam
sambutannya mengatakan bahwa salah satu masalah kanker di Indonesia selain
penderitanya yang banyak, adalah pengobatannya.
"Saya kira onkologi ini yang sangat kita perlukan sebagai obat dasar. Seperti kita ketahui
BPJS mengeluarkan uang untuk obat kanker luar biasa. Saya mengharapkan (biaya) obat
kanker dasar harus (dapat) ditekan dengan obat-obat yang berasal dari negeri kita sendiri,"
kata Nila di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (9/7/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Nila juga mengatakan, keberadaan pabrik obat kanker di
Indonesia dinilai sebagai sebuah alih teknologi yang luar biasa
Presiden Direktur PT CKD OTTO Pharma Baik In Hyun mengatakan produk obat-obatan yang
dihasilkan yang telah mendapat sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan
dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan dieskpor ke beberapa negara.
"CKD OTTO Pharma menargetkan untuk menguasai 30 persen pangsa pasar obat anti kanker
di Indonesia dalam lima tahun ke depan dan menjadikan fasilitas di Indonesia sebagai basis
produksi untuk target pasar di Timur Tengah dan Afrika Utara serta Eropa termasuk sepuluh
negara ASEAN," kata In Hyun.
Nila menyambut gembira keputusan ini, mengingat beberapa waktu lalu, Presiden Joko
Widodo meminta nilai ekspor ditingkatkan.
Sementara Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito
mengatakan, kerja sama ini adalah dukungan untuk mencapai kemandirian obat. Hal ini juga
mendukung Inpres 6 tahun 2016 mengenai percepatan pengembangan industri farmasi.