Page 53 - Refleksi Akhir Tahun 2019 dan Outlook 2020
P. 53
Judul : BPOM Juga Gandeng Masyarakat Anti-Fitnah
Nama Media : radarmalang.id
Tanggal : 19 Desember 2019
Halaman/URL: https://radarmalang.id/bpom-juga-gandeng-masyarakat-anti-fitnah/
Tipe Media : Online
jpnn.com, JAKARTA -
Kepala BPOM (Badan Pengawasan
Obat dan Makanan) Penny K Lukito
mengungkapkan, salah satu
tantangan yang dihadapi instansinya
adalah masalah pengawasan
peredaran produk obat dan makanan
ilegal yang dijual secara online.
Untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan keamanan, kualitas
dan mutu produk obat dan makanan yang beredar secara online, Badan POM telah
menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Asosiasi e-commerce Indonesia
(idEA), enam market place dan penyedia transportasi online yaitu Bukalapak,
Tokopedia, Halodoc, Klikdokter, Grab, dan Gojek.
"Badan POM melaksanakan Patroli Siber untuk mencegah dan menelusuri peredaran
obat dan makanan ilegal di media daring melalui platform situs, media sosial, dan e-
commerce," kata Penny dalam Refleksi Akhir Tahun dan Outlook 2020 di Jakarta,
Kamis (19/12).
Berdasarkan hasil Patroli Siber, Badan POM memberikan rekomendasi kepada
Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Asosiasi E-commerce Indonesia
(idEA) untuk pemblokiran (takedown) platform yang melakukan perdagangan online
produk ilegal.
Menurut Penny, sejak Mei 2018 hingga Oktober 2019, sebanyak 19.142 rekomendasi
takedown telah diajukan Badan POM. Rekomendasi takedown berdasarkan temuan
Patroli Siber didominasi oleh komoditas obat (77 persen).
Dengan pembentukan Kedeputian Bidang Penindakan Badan POM, kegiatan
penindakan langsung di lapangan juga terus digiatkan. Dalam menangani dugaan
pelanggaran, Badan POM selalu mengedepankan aspek pembinaan kepada pelaku
usaha.
"Tindakan penindakan merupakan upaya terakhir dan hanya diberikan apabila ada
unsur kesengajaan dan diduga terjadi pelanggaran pidana," ucap Penny.
Pada 2019, Badan POM telah menangani 227 perkara kejahatan obat dan makanan
dengan nilai keekonomian barang bukti mencapai Rp 387,2 miliar. Kasus-kasus besar
masih terkonsentrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Semarang dan Surabaya.