Page 186 - Gadis_Rempah
P. 186

M usim sedang tidak baik-baik saja ketika novel ini
 kutulis. Segelas jahe hangat sering menemaniku
 menulis saat itu. Bahkan, saat review satu di
 Jakarta, aku sengaja membawa bekal beberapa butir bawang
 merah dan minyak kayu putih untuk menghangatkan tubuh.

 Aku pikir semua keadaan itu tidak datang tiba-tiba. Si
 gadis rempah pasti berusaha hadir dalam kehidupanku.
 Seperti aku juga berusaha menghadirkannya saat menulis
 kisahnya.
 Siapa sebenarnya si gadis rempah? Aku rasa, ia tidak
 selalu Arumi. Bisa jadi dia Dinda, atau  Naning atau bahkan
 kita yang sedang membaca novel ini? Bukankah kita sama-
 sama pernah bersentuhan dengan rempah dan pernah
 mendapatkan kebaikan darinya?

 Pada akhirnya, aku ingin mengajak pembaca merasa
 berkawan baik dengan semua tokoh. Dalam novel ini,
 tokoh-tokoh tersebut bukan sekadar pemanis. Mereka
 punya peran, punya arti, dan meninggalkan jejak baik
 dalam kisahnya masing-masing.

 Aku tidak berharap pembaca mengidolakan seseorang.
 Namun, jika itu terjadi, aku rasa itu juga bukan sebuah
 kebetulan. Kubuat setiap tokoh punya kelemahan. Begitu
 juga aku. Namun, rempah mempertemukan mereka dengan
 indah. Rempah juga yang mempertemukan aku dengan
 tokoh-tokohku.






 177  Epilog — Dari rempah turun ke hati         Gadis Rempah  178
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191