Page 182 - Gadis_Rempah
P. 182

selalu menolak. Ia tampak hanya suka berjalan-jalan dan  Seketika Naning meletakkan jari telunjuknya di depan
 mengamati tanaman rempah yang berbaris rapi di sisi  bibir putrinya, “Nduk, tak ada rempah yang lebih ibu
 kanannya.     sayangi daripada kamu, putriku satu-satunya.”
 Sesekali ia berhenti, menyentuh dengan penuh  “Bahkan dari safron, Bu?” tanya Arumi dengan suara lirih.
 kelembutan setiap tanaman rempah yang ia temui. Dengan
                   “Bahkan  dari  ribuan  safron,”  ucap  Naning  diikuti
 hati-hati, ia membungkukkan tubuhnya lalu mencium
               dekapan hangat di tubuh putrinya. Untuk beberapa saat ibu
 bunga-bunga lawang yang baru bersemi. Kebun itu memang
               dan anak itu saling memeluk dan menahan haru.
 banyak ditanami bunga lawang yang juga diabadikan
 menjadi nama kafe. Selain itu, rempah lain yang banyak  “Oh ya, Arumi juga punya kejutan lain buat Ibu.”
 ditanam di kebun itu adalah cengkih dan rosela.  Dengan cepat, Arumi mengusap air mata di pipinya lalu
 Perempuan itu sedikit terkejut ketika seseorang tiba-  menarik tangan ibunya menuju di sebuah bangku kayu
 tiba mendekat dan memeluknya dari belakang, “Ibu di sini       hampar        T
 rupanya, Arumi mencari-cari Ibu.”   lingkaran kecil di depan bangku. Di atas meja sudah tersaji
 “Ibu pikir kau masih sibuk dengan tamu-tamumu, Nduk.   empat gelas berkaki ramping dengan teh yang masing-
 Jadi, ibu tidak ingin mengganggu,” ucap Naning setelah  masing berbeda warnanya.
 membalikkan tubuhnya. Dipandangnya dalam kedua bola  “Ini teh rempah andalan kafe Kembang Lawang, Bu.
 mata bening putrinya.
               Ini teh paduan bunga lawang, kayu manis, dan cengkih.
 “Mereka sudah banyak yang melayani. Aku ingin lebih
 banyak waktu bersama ibu saat ini.” Arumi menggandeng   yang biru cantik ini teh bunga telang. Ini semua Arumi
 tangan ibunya dan mengajaknya ke ujung kebun. “Lihat,
               yang buat sendiri lho, Bu. Nah, Ibu pilih yang mana?”
 Bu. Ini tempat yang paling Arumi sukai.”
                   Naning tersenyum memandang Arumi yang begitu
 Naning seraya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
               cepat mengubah raut wajahnya menjadi ceria sambil
 Kedua matanya membesar tak berkedip melihat sepetak
               menunjuk satu per satu setiap gelas teh yang ada di
             K
               hadapannya. Semua tampak nikmat dan segar.
 ungunya lembut melambai-lambai mempermainkan putik-
 putik  merah  safron  yang  bernaung  di  dalamnya  seolah   Naning mengambil segelas teh rosella dan meneguknya
 menggoda Naning agar tak berhenti mengaguminya.  perlahan. Arumi terus memperhatikan ibunya dengan
               mata berkerjap-kerjap,
 “Rempah termahal di dunia itu kini ada di kafe Arumi
 yang sederhana ini, Bu. Tak ada lagi alasan ibu melamun  “Bagaimana, Bu. Teh buatan Arumi enak ‘kan, Bu?”
 dan bersedih, semua rempah yang ibu sayangi ada di sini.”


 173  Bab 12 — Dari rempah turun ke hati         Gadis Rempah  174
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187