Page 179 - Gadis_Rempah
P. 179
“Terima kasih.” sudah saling kenal. Dengan ramah, Yanuar
“Mbak, aku dan Arumi ke sana dulu ya. Masih banyak mengajaknya menuju kebun.
pengunjung berdatangan rupanya.” Dinda pamit setelah “Akhirnya, kau datang, anak muda. Terima
meletakkan daftar menu di meja Widya. kasih, terima kasih,” Yanuar merangkul Pras, si
“Kalau butuh apa-apa, Mbak tinggal panggil pramusaji pemuda yang baru datang.
saja. Atau kalau ingin meracik wedang sendiri bisa di
“Tidak mungkin aku melewatkan
sebelah sana ya,” Arumi menunjuk salah satu sudut kafe
undangan Pak Yanuar,” Pras menyambutnya.
tempat pengunjung masih setia mengantre untuk meracik
Keduanya berjalan akrab layaknya bapak dan
wedangnya sendiri.
anak yang lama tak jumpa.
Widya mengangguk-anggukkan kepala sambil
“Kami tidak mengira tamu terus mengalir
tersenyum. Sementara itu, Haikal langsung saja berlari-lari
sebanyak ini. Di dalam sudah sangat penuh.
ditemani ayahnya mengelilingi kebun rempah.
Semoga kamu tidak keberatan di sini, anak muda.”
Yanuar menunjuk sebuah kursi yang masih kosong
dan mempersilakan Pras duduk di sana.
“Silakan dinikmati dulu apa yang ada.
Hari itu, jarum jam terasa bergerak terlalu cepat bagi
Aku akan panggilkan pramusaji,” ujar Yanuar
Dinda dan Arumi. Menjelang siang, tamu-tamu masih juga
sebelum undur diri. Pras menjawabnya dengan
berdatangan. Dinda dan Arumi masih sibuk menyapa dan
senyuman dan anggukan kepala.
melayani mereka ramah. Pengunjung memang boleh
makan dan minum gratis sepuasnya di hari itu. Namun,
jumlah pengunjung yang terus mengalir membuat Arumi
seperti tak percaya, ternyata penyuka menu rempah lebih
banyak dari yang ia kira. Pengunjung bahkan seperti enggan Di sudut lain kebun itu, seorang perempuan
beranjak dari tempat duduknya meski sudah cukup lama tampak berjalan sendirian di kebun sambil
duduk sambil menikmati menunya. Beberapa pengunjung mengamati sekeliling. Dari caranya berjalan,
yang baru datang tidak punya pilihan lain selain harus tampak sekali ia berusaha menghindar dari
duduk di kebun yang masih menyisakan sedikit kursi. orang-orang yang berlalu-lalang. Setiap kali ia
Begitu juga dengan seorang tamu yang baru datang. berpapasan dengan pengunjung, selalu saja
Kebetulan Yanuar yang menyambutnya. Keduanya tampak ia dipersilakan duduk di kursi yang tersisa
di sisi kiri kebun. Namun, perempuan itu
171 Bab 12 — Dari rempah turun ke hati Gadis Rempah 172