Page 180 - Gadis_Rempah
P. 180

“Terima kasih.”          sudah saling kenal. Dengan ramah, Yanuar

 “Mbak, aku dan Arumi ke sana dulu ya. Masih banyak   mengajaknya menuju kebun.
 pengunjung berdatangan rupanya.” Dinda pamit setelah  “Akhirnya, kau datang, anak muda. Terima
 meletakkan daftar menu di meja Widya.  kasih, terima kasih,” Yanuar merangkul Pras, si
 “Kalau butuh apa-apa, Mbak tinggal panggil pramusaji   pemuda yang baru datang.
 saja. Atau kalau ingin meracik wedang sendiri bisa di
                              “Tidak  mungkin    aku    melewatkan
 sebelah sana ya,” Arumi menunjuk salah satu sudut kafe
                          undangan Pak Yanuar,” Pras menyambutnya.
 tempat pengunjung masih setia mengantre untuk meracik
                          Keduanya berjalan akrab layaknya bapak dan
 wedangnya sendiri.
                          anak yang lama tak jumpa.
 Widya  mengangguk-anggukkan  kepala  sambil
                              “Kami tidak mengira tamu terus mengalir
 tersenyum. Sementara itu, Haikal langsung saja berlari-lari
                          sebanyak ini. Di dalam sudah sangat penuh.
 ditemani ayahnya mengelilingi kebun rempah.
                          Semoga kamu tidak keberatan di sini, anak muda.”
                          Yanuar menunjuk sebuah kursi yang masih kosong
                          dan mempersilakan Pras duduk di sana.

                              “Silakan dinikmati dulu apa yang ada.
 Hari itu, jarum jam terasa bergerak terlalu cepat bagi
                          Aku akan panggilkan pramusaji,” ujar Yanuar
 Dinda dan Arumi. Menjelang siang, tamu-tamu masih juga
                          sebelum undur diri. Pras menjawabnya dengan
 berdatangan. Dinda dan Arumi masih sibuk menyapa dan
                          senyuman dan anggukan kepala.
 melayani mereka ramah.  Pengunjung memang boleh
 makan dan minum gratis sepuasnya di hari itu. Namun,
 jumlah pengunjung yang terus mengalir membuat Arumi
 seperti tak percaya, ternyata penyuka menu rempah lebih
 banyak dari yang ia kira. Pengunjung bahkan seperti enggan   Di sudut lain kebun itu, seorang perempuan
 beranjak dari tempat duduknya meski sudah cukup lama  tampak berjalan sendirian di kebun sambil
 duduk sambil menikmati menunya. Beberapa pengunjung   mengamati sekeliling. Dari caranya berjalan,
 yang baru datang tidak punya pilihan lain selain harus  tampak sekali ia berusaha menghindar dari
 duduk di kebun yang masih menyisakan sedikit kursi.  orang-orang yang berlalu-lalang. Setiap kali ia

 Begitu juga dengan seorang tamu yang baru datang.  berpapasan dengan pengunjung, selalu saja
 Kebetulan Yanuar yang menyambutnya. Keduanya tampak   ia dipersilakan duduk di kursi yang tersisa
                          di sisi kiri kebun. Namun, perempuan itu


 171  Bab 12 — Dari rempah turun ke hati         Gadis Rempah  172
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185