Page 185 - Gadis_Rempah
P. 185

M        usim sedang tidak baik-baik saja ketika novel ini
                     kutulis. Segelas jahe hangat sering menemaniku
                     menulis saat itu. Bahkan, saat review satu di
            Jakarta, aku sengaja membawa bekal beberapa butir bawang
            merah dan minyak kayu putih untuk menghangatkan tubuh.

                Aku pikir semua keadaan itu tidak datang tiba-tiba. Si
            gadis rempah pasti berusaha hadir dalam kehidupanku.
            Seperti aku juga berusaha menghadirkannya saat menulis
            kisahnya.
                Siapa sebenarnya si gadis rempah? Aku rasa, ia tidak
            selalu Arumi. Bisa jadi dia Dinda, atau  Naning atau bahkan
            kita yang sedang membaca novel ini? Bukankah kita sama-
            sama pernah bersentuhan dengan rempah dan pernah
            mendapatkan kebaikan darinya?

                Pada akhirnya, aku ingin mengajak pembaca merasa
            berkawan baik dengan semua tokoh. Dalam novel ini,
            tokoh-tokoh tersebut bukan sekadar pemanis. Mereka
            punya peran, punya arti, dan meninggalkan jejak baik
            dalam kisahnya masing-masing.

                Aku tidak berharap pembaca mengidolakan seseorang.
            Namun, jika itu terjadi, aku rasa itu juga bukan sebuah
            kebetulan. Kubuat setiap tokoh punya kelemahan. Begitu
            juga aku. Namun, rempah mempertemukan mereka dengan
            indah. Rempah juga yang mempertemukan aku dengan
            tokoh-tokohku.






             177  Epilog — Dari rempah turun ke hati                                                                          Gadis Rempah  178
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190