Page 181 - Gadis_Rempah
P. 181
selalu menolak. Ia tampak hanya suka berjalan-jalan dan Seketika Naning meletakkan jari telunjuknya di depan
mengamati tanaman rempah yang berbaris rapi di sisi bibir putrinya, “Nduk, tak ada rempah yang lebih ibu
kanannya. sayangi daripada kamu, putriku satu-satunya.”
Sesekali ia berhenti, menyentuh dengan penuh “Bahkan dari safron, Bu?” tanya Arumi dengan suara lirih.
kelembutan setiap tanaman rempah yang ia temui. Dengan
“Bahkan dari ribuan safron,” ucap Naning diikuti
hati-hati, ia membungkukkan tubuhnya lalu mencium
dekapan hangat di tubuh putrinya. Untuk beberapa saat ibu
bunga-bunga lawang yang baru bersemi. Kebun itu memang
dan anak itu saling memeluk dan menahan haru.
banyak ditanami bunga lawang yang juga diabadikan
menjadi nama kafe. Selain itu, rempah lain yang banyak “Oh ya, Arumi juga punya kejutan lain buat Ibu.”
ditanam di kebun itu adalah cengkih dan rosela. Dengan cepat, Arumi mengusap air mata di pipinya lalu
Perempuan itu sedikit terkejut ketika seseorang tiba- menarik tangan ibunya menuju di sebuah bangku kayu
tiba mendekat dan memeluknya dari belakang, “Ibu di sini hampar T
rupanya, Arumi mencari-cari Ibu.” lingkaran kecil di depan bangku. Di atas meja sudah tersaji
“Ibu pikir kau masih sibuk dengan tamu-tamumu, Nduk. empat gelas berkaki ramping dengan teh yang masing-
Jadi, ibu tidak ingin mengganggu,” ucap Naning setelah masing berbeda warnanya.
membalikkan tubuhnya. Dipandangnya dalam kedua bola “Ini teh rempah andalan kafe Kembang Lawang, Bu.
mata bening putrinya.
Ini teh paduan bunga lawang, kayu manis, dan cengkih.
“Mereka sudah banyak yang melayani. Aku ingin lebih
banyak waktu bersama ibu saat ini.” Arumi menggandeng yang biru cantik ini teh bunga telang. Ini semua Arumi
tangan ibunya dan mengajaknya ke ujung kebun. “Lihat,
yang buat sendiri lho, Bu. Nah, Ibu pilih yang mana?”
Bu. Ini tempat yang paling Arumi sukai.”
Naning tersenyum memandang Arumi yang begitu
Naning seraya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
cepat mengubah raut wajahnya menjadi ceria sambil
Kedua matanya membesar tak berkedip melihat sepetak
menunjuk satu per satu setiap gelas teh yang ada di
K
hadapannya. Semua tampak nikmat dan segar.
ungunya lembut melambai-lambai mempermainkan putik-
putik merah safron yang bernaung di dalamnya seolah Naning mengambil segelas teh rosella dan meneguknya
menggoda Naning agar tak berhenti mengaguminya. perlahan. Arumi terus memperhatikan ibunya dengan
mata berkerjap-kerjap,
“Rempah termahal di dunia itu kini ada di kafe Arumi
yang sederhana ini, Bu. Tak ada lagi alasan ibu melamun “Bagaimana, Bu. Teh buatan Arumi enak ‘kan, Bu?”
dan bersedih, semua rempah yang ibu sayangi ada di sini.”
173 Bab 12 — Dari rempah turun ke hati Gadis Rempah 174