Page 180 - MZ004 Sejarah Dunia Yang Disembunyikan
P. 180
ZAMAN NEOLITIKUM ALEXANDER YANG AGUNG
Bijak, atau Rishis, memilki sifat diam dan tidak aktif. Mereka
tidak membangun gedung dari batu. Mereka tinggal di bangunan-
bangunan dari lumpur atau tempat berteduh sederhana terbuat
dari akar dan tanaman bersulur. Tidak satu pun dari Rishis itu yang
bertahan kecuali apa yang mereka ketahui.
Ada pepatah kabalis sederhana: “Segala yang telah kau lihat,
setiap bunga, setiap burung, setiap batu akan mati dan kembali
menjadi debu, tetapi bahwa kau telah melihatnya, itu tidak mati.”
Ini adalah pepatah yang tampak simpatik bagi Rishis. Duduk bersila
sehingga tumit mereka menghadap ke atas, mereka tidak memiliki
keinginan merasakan daya tarik bumi, ke bawah, tarikan reduktif
dari alam materi. Sebaliknya, mereka mengarah ke dunia-alam
rohani. Mereka mampu melihat makhluk-makhluk spiritual yang
sedang bekerja di bumi, bagaimana mereka membantu menaburkan
benih pada musim semi, bunga untuk mekar pada musim panas,
pohon-pohon berbuah pada musim gugur—dan bagaimana benih-
benih dijaga selama musim salju oleh makhluk-makhluk spiritual
yang sama. Rishis mengalami pasang-surut dari pengaruh spiritual
seperti napas seorang raksasa. Budaya India kuno seperti alam surga
terendah di bumi.
Sebelum ini kita membicarakan tentang cara materialis menyalah-
gunakan kata-kata dan frasa seperti “arti kehidupan”, menggunakan
mereka dalam sebuah makna kedua dan sedikit tidak jujur. Hal yang
sama adalah kesejatian dari “spiritual”, sering digunakan oleh orang-
orang untuk menyombongkan diri sebagai orang baik hati atau
bermoral tinggi, kabur, cara mistis palsu. Makna sejatinya adalah
kemampuan melihat, mendengar, dan berkomunikasi dengan roh
seperti pakar-pakar India.
Mereka mampu berkomunikasi dengan cara okultisme. Mereka
bisa merasakan apakah orang lain itu baik hati atau tidak dari
napas mereka. Dengan menghirup napas orang lain mereka bisa
mengetahui kehidupan-dalam mereka.
Para pakar itu mampu menumpahkan pengetahuan ke dalam
jiwa orang lain dalam sebuah aliran gambar yang tanpa jeda. Lama
kemudian, pengetahuan ini akan dijadikan lisan dan ditularkan dari
generasi ke generasi, hingga akhirnya ditulis sebagai Vedas.
169
pustaka-indo.blogspot.com