Page 379 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 379

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 377

                         “Adapun dalam penafian gerak (al-harakah) dan diam
                  (al-sukûn)  --dari  Allah--  maka  penjelasan  masalah  ini
                  sebenarnya memiliki dasar dalam al-Qur’an yang hal tersebut
                  merupakan salah satu masalah pokok tauhid. Demikian juga
                  dengan  penafian  berkumpul  (al-ijtimâ’)  dan  terpisah  (al-
                  iftirâq).  Allah  berfirman  dalam  al-Qur’an  tentang  Nabi
                  Ibrahim:  (Maka  ketika  ia  -bulan-  hilang,  dia  (Nabi  Ibrahim)
                  berkata:  Sesungguhnya  saya  tidak  menyenangi  sesuatu  yang
                  menghilang).  QS.  al-An’am:  76.  Ayat  ini  dalam  mengisahkan
                  tentang  menghilangnya  bintang-bintang,  matahari,  dan
                  bulan,  serta  tentang  bergeraknya  benda-benda  tersebut  dari
                  satu  tempat  ke  tampat  yang  lain.  Ini  menunjukan  bahwa
                  Allah  tidak  boleh  memiliki  sifat  semacam  itu.  Dan  apapun
                  yang  menghilang  atau bergerak dari  satu  tempat  ke tempat
                  yang lain maka ia tidak pantas untuk dituhankan” .
                                                                   366

               9.  Imam  Abu  Manshur  al-Maturidi,  Imam  Ahlussunnah  Wal
                  Jama’ah  dalam  Kitâb  al-Tauhîd  berkata:  “Allah  ada  tanpa
                  permulaan  dan  tanpa  tempat.  Dia  tetap  seperti  sediakala
                  tanpa  tempat.  Dia  Maha  Suci  dari  berubah  dan  mustahil
                  berpindah”   367 .
                          Dalam menetapkan keyakinan bahwa Allah di akhirat
                  kelak  akan  dilihat  oleh  orang-orang  mukmin,  dalam  kitab
                  yang sama Imam Abu Manshur al-Maturidi berkata:

                         “Jika dikatakan: Bagaimana Allah dilihat? Jawab: Dia
                  tidak  dikatakan  “bagaimana”.  Sebab  “bagaimana”  hanya

                 366  al-Asy’ari, Risâlah Istihsân al-Khaudl Fi ‘Ilm al-Kalâm, h. 40
                 367  al-Maturidi, Kitâb al-Tauhîd, h. 69
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384