Page 377 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 377
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 375
yang tidak mencapai derajat mujtahid ia wajib mengikuti
pendapat Imam mujtahid.
6. Keyakinan Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah juga
dipegang teguh oleh Syaikh al-Muhadditsîn Imam al-Bukhari,
penulis kitab al-Jâmi’ ash-Shahîh; kitab yang telah dinilai para
ulama kita sebagai kitab yang paling shahih setelah al-
Qur’an.
Syaikh Ali ibn Khalaf al-Maliki yang dikenal dengan
Ibn Baththal (w 449 H), salah seorang panulis syarh kitab al-
Bukhari, menuliskan sebagai berikut:
“Tujuan al-Bukhari dalam membuat bab ini adalah
untuk membantah faham kaum Jahmiyyah Mujassimah yang
berpegang teguh dengan zhahir teks-teks tersebut (ayat
mutasyâbihât). Padahal telah ditetapkan (baik dengan dalil
Naqli maupun ‘Aqli) bahwa Allah bukan benda, karenanya
Dia tidak membutuhkan kepada tempat. Dia ada tanpa
permulaan dan tanpa tempat, demikian pula setelah Dia
menciptakan tempat, ada tanpa tempat. Adapun penisbatan
“al-Ma’ârij” (tempat-tempat naik kepada-Nya) bukan dalam
pengertian Allah bertempat, tapi dalam pengertian tempat-
tempat yang dimuliakan (Idlâfah at-Tasyrîf). Dan makna “naik
kepada-Nya” artinya kepada kemuliaan dan keagungan-Nya.
Adapun Allah maka Dia Maha Suci dari tempat” .
363
363 Lihat al-Asqalani, Fath al-Bâri, j. 13, h. 416. Pernyataan ini dikutip oleh Ibn
Hajar al-Asqalani dan dikuatkannya, artinya sekaligus ini juga merupakan
persetujuan dan ketetapan dari Ibn Hajar sendiri.