Page 539 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 539
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 537
beliau melihat tempat sembahyang orang-orang penyambah
berhala. Kepada salah seorang penyembah berhala, Syaqiq berkata:
“Sesungguhnya engkau memiliki Tuhan Maha Pencipta, Maha
Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, maka sembahlah Dia.
Jangan menyembah berhala yang sama sekali tidak memberikan
manfaat dan bahaya kepadamu”. Orang tersebut menjawab: “Jika
benar Tuhanmu seperti itu berarti Dia kuasa untuk memberimu
rizki di wilayahmu, lantas kenapa engkau berdagang di sini?!”. Dari
peristiwa ini Syaqiq menjadi terbuka hatinya dan sadar, yang
kemudian menjalani hidup zuhud.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa sikap zuhud Syaqiq
bermula ketika beliau melihat seorang hamba sahaya yang sedang
bersenang-senang, tidak nampak pada wajahnya kesusahan sama
sekali, padahal saat itu sedang dalam musim paceklik dan
kekeringan. Ketika Syaqiq bertanya kepadanya, ia menjawab:
“Karena saya memiliki tuan yang memiliki perkampungan ini, dan
siapapun yang memiliki kebutuhan ia diperbolehkan masuk dan
mengambil apapun yang ada di dalam kampung ini”. Perkataan
budak tersebut membuat Syaqiq berfikir; jika seorang manusia
semacam budak ini tidak peduli dengan rizkinya karena berpangku
tangan kepada tuannya yang pada hakekatnya seorang manusia
fakir, maka sudah seharusnya setiap manusia berpasrah diri dalam
segala urusannya hanya kepada Yang Maha Kaya, dengan demikian
segala kekhawatiran akan menjadi hilang. Dari sini Syaqiq mulai
menjalani hidup zuhud.
As-Sulami dalam Thabaqât ash-Shûfiyyah dengan sanad-nya
menyebutkan di antara nasehat Syaqiq al-Balkhi, mengatakan:
“Seorang yang berakal tidak akan melepaskan diri dari tiga hal.
Pertama; Selalu merasa takut dari dosa yang telah ia lakukan.