Page 569 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 569
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 567
1. Adanya kewajiban yang dibebankan syari’at kepada setiap orang
dari kita untuk mewaspadai praktek-praktek sebagian orang
yang merusak tatanan beragama kaum muslimin. Kewajiban ini
adalah keharusan yang telah disepakati dan telah menjadi
konsensus (Ijmâ’) para ulama. Keberlangsungan orisinilitas dan
autentisitas ajaran-ajaran agama Islam benar-benar tergantung
kepada sejauh mana para pemeluknya membela ajaran-ajaran
Islam itu sendiri. Contoh konkrit untuk kita ambil sebagai
pendekatan dalam masalah ini adalah apa yang telah
ditradisikan oleh para ulama hadits, baik dari mereka yang
merupakan ulama Salaf maupun ulama Khalaf. Adanya berbagai
jilid kitab yang ditulis dalam al-jarh wa at-ta’dîl tidak lain hanya
untuk menjaga kemurnian hadits-hadits Rasulullah. Ada di
antara ulama yang menulis biografi orang-orang tsiqah saja (ats-
Tsiqât), ada pula yang hanya membukukan orang-orang yang
bermasalah saja (al-Majrûhîn), dan ada pula yang membukukan
biografi para perawi hadits secara lebih umum. Misalkan, Ibn
Hajar al-Asqalani yang telah menulis berjilid-jilid kitab Tahdzîb
at-Tahdzîb dan Taqrîb at-Tahdzîb. Ibn Abî Hatim dan Ibn ‘Adi
yang menulis kitab al-Jarh Wa at-Ta’dîl, dan banyak para ulama
lainnya.
Lebih konkrit lagi tradisi menjaga kemurnian ajaran-ajaran
Islam ini dapat kita lihat dari para Imam madzhab yang empat.
Imam Malik ibn Anas, perintis madzhab Maliki, mengatakan
bahwa Muhammad ibn Ishaq, penulis kitab al-Maghâzî; sebuah
kitab yang cukup populer, adalah seorang pembohong
(kadzdzâb). Bahkan dalam kesempatan lain mengatakan bahwa
Muhammad ibn Ishaq adalah “Dajjâl Min ad-Dajâjilah”. Ini